REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA BELITUNG -- Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memfasilitasi sejumlah kegiatan tradisi masyarakat dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
"Bulan ini ada beberapa acara tradisi yang difasilitasi pemkab, antara lain Dodol Bergema, Pesta Adat Desa Pusuk, bahkan tradisi Ceriak dan Perang Ketupat di Desa Tempilang juga mendapatkan dukungan dari pemerintah," kata Bupati Bangka Barat Sukirman di Mentok, Selasa.
Menurut dia, pelaksanaan tradisi warisan leluhur yang sampai saat ini masih dipertahankan warga menjadi aset bagi daerah dan akan terus dilestarikan.
Selain memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang layak untuk diwariskan kepada generasi berikutnya, kegiatan tradisi, adat, dan budaya tersebut juga bisa dikembangkan untuk menjadi daya tarik wisata.
"Sedekah Ruwah seperti yang dilaksanakan warga Desa Pusuk sudah ada sejak dahulu dan hingga saat ini masih kita laksanakan karena di dalamnya terkandung nilai rasa syukur masyarakat masih diberikan kesempatan menyambut bulan suci Ramadhan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia bersama sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Bangka Barat, unsur fokopimda, tokoh masyarakat, pemuka agama dan para tetua adat berkumpul bersama warga Desa Pusuk melakukan silaturahim.
Sukirman mengatakan tradisi Ruwah dapat mengingatkan warga kepada orang tua, kerabat, sanak saudara, bahkan orang-orang yang berjasa atas desa tersebut yang sudah meninggal dunia dan mendoakan bersama-sama.
Pada tradisi Pesta Adat Desa Pusuk, selain menggelar doa bersama untuk para leluhur dan pendahulu yang sudah meninggal dunia, juga dilakukan rangkaian kegiatan keagamaan lain, diawali dengan khataman Alquran, pawai peserta khataman, dan diakhiri dengan makan bersama di masjid desa setempat.
Momentum kebersamaan tersebut merupakan kesempatan yang tepat untuk mengajak sanak saudara yang jauh berkumpul dan saling bersilaturahim di Desa Pusuk.
"Ini momentum mengeratkan tali persaudaraan, saling bermaafan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa terus dilestarikan," katanya.
Ketua Panitia Pesta Adat Desa Pusuk Sahani mengatakan prosesi arak-arakan dari Masjid Nurul Falaah sampai ujung kampung dan kembali lagi ke masjid, dilanjutkan khataman Alquran diikuti sebanyak 25 santri dan santriwati.
Selain kegiatan keagamaan, pesta adat dimeriahkan juga dengan panggung hiburan.
"Sudah tiga tahun pesta adat ini dihentikan sementara karena pandemi Covid-19, dan kali ini kita laksanakan kembali. Kami bersyukur banyak warga yang datang ke desa ini untuk merayakan kegembiraan ini bersama-sama," katanya
Ia berharap, tahun depan pesta adat desa tersebut bisa dilaksanakan kembali dengan lebih meriah sehingga banyak warga luar daerah yang tertarik untuk ikut meramaikan kegiatan tahunan menjelang Ramadhan.
Suasana tradisi Ruwah atau Pesta Adat Desa Pusuk terasa seperti perayaan Lebaran pada umumnya, karena di setiap rumah warga menyiapkan sajian khas istimewa, seperti ketupat, lepet dan makanan lainnya untuk para tamu.
Tamu yang hadir dalam pesta adat tersebut bukan hanya keluarga, saudara atau tetangga yang saling mengunjungi rumah, namun juga kerabat, sanak saudara, kenalan dari luar daerah banyak yang jauh-jauh datang untuk berkumpul di desa tersebut.
"Ini merupakan salah satu bentuk keunikan tradisi yang ada di bangka barat, kami berharap ke depan semakin berkembang dan bisa menjadi daya tarik wisata daerah ini," katanya.