REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA – Umat Muslim di Singapura merayakan Idul Fitri tahun ini dengan penuh semangat. Seperti Roslaini Husain, misalnya. Setelah dua tahun melewati Idul Fitri di tengah pandemi, dia akhirnya dapat menjadi tuan rumah perayaan Idul Fitri seperti dulu.
Sebanyak 30 tamu berkumpul di kediamannya dan menikmati sajian khas Idul Fitri. Roslaini adalah ibu rumah tangga Singapura dengan empat anak yang menantikan menyambut kerabat dan teman-temannya pada Selasa (3/5) kemarin.
"Saya telah membeli banyak bunga segar, mendekorasi rumah saya, memasang lampu peri, mengeluarkan kue dan kue. Tahun ini kita bisa menerima tamu sebanyak yang kita mau," kata dia, seperti dilansir SCMP, Rabu (4/5/2022).
Hampir 16 persen dari 4 juta warga dan penduduk Singapura adalah Muslim, yang merayakan Idul Fitri untuk menandai akhir bulan puasa Ramadhan.
Perayaan ini juga menjadi sorotan bagi Muslim Bangladesh di Singapura, yang memiliki proporsi cukup besar lebih dari 300 ribu pekerja migran di negara itu.
Selama dua tahun terakhir pembatasan jarak sosial, seperti telah membungkam perayaan Idul Fitri. Selama itu dilarang mengadakan pertemuan secara langsung, dan rumah tangga dibatasi hanya lima pengunjung sehari selama Hari Idul Fitri tahun lalu.
Bulan lalu, Singapura menghapus batasan ukuran kelompok sepenuhnya dalam pelonggaran pembatasan Covid-19 yang paling signifikan. Ini menjadi sebuah langkah yang disambut dengan sorak-sorai oleh komunitas Muslim Singapura.
"Dengan pelonggaran pembatasan Covid-19, Lebaran tahun ini memang terasa hidup dan istimewa," tulis Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam postingan Facebooknya.
Bagi Yusyafiqah Yusoff, Hari Raya Idul Fitri tahun ini berarti keluarganya yang terdiri dari 11 orang dapat merayakannya secara bersama lagi secara langsung, tanpa lagi menyusun jadwal dan mengalokasikan slot waktu untuk kunjungan rumah.
"Saya sangat menantikan semua orang akhirnya bisa bertemu di satu tempat pada waktu yang sama. Kami akhirnya bisa merayakan Hari Raya seperti dulu," kata pria berusia 27 tahun itu. Dua tahun perayaan skala kecil hampir membuatnya lupa betapa melelahkannya menjelang perayaan Idul Fitri. "Beberes rumah, persiapan, dan memasak yang perlu dilakukan sangat luar biasa," kata dia.
Dia biasanya membantu ibunya menyiapkan beberapa masakan tradisional, termasuk ayam masak merah (ayam dengan saus tomat pedas), sambal udang (udang cabai goreng), dan sambal goreng (tumis tahu cabai, tempe dan kacang). "Meskipun melelahkan, saya menikmati seluruh proses karena memungkinkan saya untuk menghabiskan waktu bersama orang tua saya saat melakukan hal-hal ini dan kami merasakan pencapaian setelah semuanya selesai," kata Yusyafiqah.
Malaysia, Indonesia, dan Brunei memulai perayaan mereka pada Senin setelah otoritas agama di sana mengumumkan penampakan bulan pada Ahad malam. Sedangkan Singapura harus menunggu hingga hari Selasa untuk menandai Hari Raya Idul Fitri, bersama Bangladesh dan India.
Sumber: scmp