REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Perayaan Idul Fitri di India telah dirusak oleh serangkaian serangan oleh ekstremis Hindu, serta kampanye fitnah oleh media nasionalis dan garis keras yang telah lama mendukung sikap anti-Muslim.
"Kami tidak akan mengadakan pesta yang sama (tahun ini). Ini adalah Idul Fitri yang paling menyakitkan dengan kenangan terburuk bagi Muslim India," kata seorang insinyur sipil di Mumbai Mohammad Habeeb ur Rehman, dilansir dari laman TRT World, Rabu (4/5/2022).
Sentimen dan serangan anti-Muslim telah melonjak di seluruh negeri pada bulan lalu. Hal ini termasuk pelemparan batu antara kelompok Hindu dan Muslim selama prosesi keagamaan serta pembongkaran berikutnya oleh pihak berwenang dari sejumlah properti yang sebagian besar milik Muslim.
Komunitas Muslim terguncang fitnah oleh nasionalis Hindu garis keras yang telah lama mendukung sikap anti-Muslim. Penduduk Muslim merupakan 14 persen dari 1,4 miliar penduduk India.
Beberapa pemimpin nasionalis Hindu yang berkuasa di India Bharatiya Janata Party (BJP) diam-diam mendukung kekerasan tersebut. Sementara Perdana Menteri Narendra Modi sejauh ini bungkam tentang hal itu.
Di ibu kota India, New Delhi, ratusan orang berkumpul di Masjid Jama, untuk sholat Idul Fitri di sana untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun karena pembatasan pandemi. Keluarga berkumpul pada Selasa (3/5/2022) pagi dan banyak orang berbagi pelukan dan harapan.
Seorang insinyur perangkat lunak, Mohammed Hamid mengatakan, dia bersyukur bisa sholat di masjid lagi. “Senang rasanya karena dua tahun terakhir lockdown. Alhamdulillah kami bisa melaksanakan sholat Idul Fitri di sini bersama anak-anak dan kami bersyukur,” kata Hamid.
Sementara di bagian Kashmir yang disengketakan, perayaan Idul Fitri selama tiga tahun terakhir tidak ada karena penguncian militer yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini terjadi setelah India mencabut semi-otonomi kawasan itu dan mencaploknya pada 2019, diikuti oleh pandemi.
Wilayah itu juga mengalami peningkatan kekerasan selama Ramadhan. Sedikitnya 20 pemberontak, dua warga sipil, dan lima polisi dan tentara tewas.
"Saat kami bersiap merayakan Idul Fitri, rasa kehilangan kolektif yang kuat melanda kami," kata seorang pengusaha di Srinagar, Bashir Ahmed.
Sebuah pemberontakan kekerasan terhadap pemerintahan India di wilayah mayoritas Muslim dan respons brutal New Delhi telah berkecamuk selama lebih dari tiga dekade. Puluhan ribu orang tewas dalam konflik tersebut.