Idul Fitri 1443 Hijriah, Menuju Perubahan dalam Perspektif Islam

Rep: Ali Mansur/ Red: Yudha Manggala P Putra

Senin 02 May 2022 09:25 WIB

Jamaah shala Idul Fitri 1443 hijriah mulai memadati pelataran Masjid Agung Attin, Jakarta Timur, Senin (2/5). Foto: Republika/Ali Mansur Jamaah shala Idul Fitri 1443 hijriah mulai memadati pelataran Masjid Agung Attin, Jakarta Timur, Senin (2/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ribuan jamaah shalat Idul Fitri 1443 hijriah membludak hingga meluber ke halaman dan parkiran Masjid Agung Attin, Masjid Agung Attin, Jakarta Timur, Senin (2/5). Bertindak sebagai imam Syahrir Ali Basyah dan khotib Achmad Satori Ismail. Dalam khotbahnya, Achmad Satori Ismail mengangkat tema “Menuju Perubahan Dalam Perspektif Islam".

Menurut Achmad Satori, perubahan di dunia hakikatnya adalah perubahan kolektif, kalau perubahan kolektif itu tidak bisa dicapai menurut Al-Quran kecuali setelah individu-individunya itu berubah. Oleh sebab itu perubahan masyarakat baik dalam bidang apapun harus dimulai dari perubahan individu.

“Perubahan untuk masyarakat ini agar aman tentram terus maka Allah SWT memberikan kekuatan kepada sebagian yang lain untuk saling membela untuk saling mempertahankan ,” jelas Achmad Satori dalam khutbahnya di Masjid Agung Attin, Jakarta Timur, Senin (2/5).

Dalam khutbahnya, Achmad Satori juga mengutip surat Al-Baqarah sebagian ayat  251.

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. Maka mesti, kata Achmad Satori, harus ada orang-orang yang membela.

Sementara dalam surat Ar-Ra'd ayat 11, menurut Achmad Satori, menunjukkan bahwa harus dari dua sisi. Yaitu ada perubahan yang dilakukan oleh manusia kemudian Allah melakukan perubahan dari hasil usaha manusia itu sendiri. Kalau manusia tidak berusaha berubah maka Allah tidak akan memberikan perubahan itu. Oleh sebab itu, adanya perubahan ini merupakan hal yang sangat penting.

“Mengapa, umat Islam pada perang badar menang dengan gemilang. Karena di dalam diri mereka ada unsur-unsur untuk kemenangan. Tapi kenapa ketika perang Uhud yang jaraknya tidak terlalu lama umat Islam kalah, karena terjadi perubahan dalam diri umat Islam saat itu,” ungkapnya.

Lanjut khatib, jadi Allah SWT memberikan perubahan setelah umat itu melakukan perubahan. Untuk di dunia perubahan itu yang terjadi yang dianggap berubah itu adalah perubahan kolektif. Kalau individu-individu saja yang berubah, kalau tidak mencakup semuanya dan mayoritas yang berubah maka tidak akan terjadi perubahan kolektif

Kemudian khatib juga membawakan surat  Al-Anfal Ayat 53.

ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلٰى قَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۙ وَاَنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ

Kata khatib, dari ayat tersebut diketahui, Allah SWT tidak mengubah nikmat pada suatu kaum sampai kaum itu mengubah apa yang ada dalam diri mereka. Mulai dari etos kerja, semangat, akidah, ibadah, kerja, persatuan, dan ukhuwah.

“Kalau terjadi dalam diri kita secara kolektif, maka akan terjadi perubahan masyarakat secara kolektif,” terang Achmad Satori.