REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Non-Muslim di seluruh dunia pada Ramadhan ini mengambil bagian dalam dua tantangan yang dirancang untuk menunjukkan solidaritas dengan umat Islam melawan gelombang Islamofobia yang meningkat. Inisiatif ini juga bertujuan meningkatkan toleransi dan pemahaman beragama.
Orang-orang di lebih dari 25 negara ambil bagian dalam inisiatif tahunan Fast For Unity dan 30-Day Ramadan Hijab Challenge yang keduanya diselenggarakan oleh World Hijab Day Organization, sebuah kelompok nirlaba yang bertujuan melawan diskriminasi terhadap Muslim. Mereka mulai pada hari pertama Ramadhan yang tahun ini jatuh pada 2 April.
Organisasi tersebut mengatakan, tujuan tantangan puasa ini adalah mengundang non-Muslim berpuasa selama satu, dua, 10 atau 30 hari untuk merasakan bagaimana Muslim berpuasa, melakukan perjalanan spiritual refleksi diri, disiplin diri, dan mempelajari sikap melawan Islamofobia. Penyanyi Inggris Kate Stables, adalah salah satu non-Muslim yang mengikuti tantangan tersebut. Dalam pesan yang diposting di Instagram, dia mengatakan ini adalah tahun kedua dia melakukannya.
“Saya menemukan ada banyak hal yang harus dipelajari dari mengubah alur sepenuhnya selama sebulan dan meluangkan waktu dan ruang untuk memikirkan apa yang saya lakukan, dan bagaimana saya melakukannya, dunia serta orang-orang di sekitar saya," katanya, dilansir Arab News, Kamis (28/4/2022).
Dia menambahkan, seperti namanya, #FastForUnity adalah inisiatif memberantas Islamofobia. "Bergabung dengan kami bersama di komunitas kami tanpa memandang agama atau perbedaan. Tolong, agar lebih banyak penerimaan dan empati semuanya,” katanya.
View this post on Instagram
Tantangan hijab, juga dikenal sebagai #Hijab30, diluncurkan pada 2014. Kegiatan ini bertujuan mengundang perempuan dari semua latar belakang etnis untuk mengenakan hijab selama 30 hari untuk mengambil sikap untuk mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan berhijab dan menghormati pilihan individu.
Organisasi dipenuhi kegiatan tantangan ini, berbasis di New York dan didirikan pada 2013. Organisasi ini menyelenggarakan Hari Jilbab Sedunia pada 1 Februari setiap tahun, sebagai pengakuan atas jutaan wanita Muslim yang memilih mengenakan jilbab bersama dengan sejumlah inisiatif lainnya.
Misalnya, mereka juga meluncurkan kampanye penggalangan dana untuk mendukung upaya membina lingkungan yang sehat bagi pelajar Muslim di AS, dan mengatakan ada peningkatan donasi selama 10 hari terakhir Ramadhan. Hari-hari terakhir bulan suci ini memiliki makna khusus bagi umat Islam, yang percaya Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad pada salah satu hari itu.
Organisasi Hari Jilbab Dunia mengatakan sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh Dewan Hubungan Amerika-Islam cabang Massachusetts mengungkapkan 61 persen siswa Muslim di AS telah diejek, dilecehkan secara verbal, atau dilecehkan secara fisik karena keyakinan Muslim mereka.
Sementara itu survei pendapat Muslim Amerika, yang dilakukan oleh Institute for Social Policy and Understanding pada 2020, menemukan 30 persen siswa Muslim mengatakan seorang guru atau pejabat sekolah lainnya adalah sumber perundungan. Donasi akan digunakan untuk menciptakan lokakarya pendidikan bagi sekolah untuk mempromosikan lingkungan yang aman, sehat, dan inklusif bagi siswa Muslim, dan memberikan alat bagi administrator sekolah dan guru untuk menghancurkan kefanatikan, diskriminasi, dan prasangka, yang pada akhirnya akan membantu seluruh kelas mereka belajar lebih baik.
Did you know 61% of #Muslim students are bullied for being Muslims in America? That's 3x more than the national average number. Help us change the statistics through your support! Donate $10 or more and make a difference today!
👉Donate here: https://t.co/w7cqB88JfN#Ramadan pic.twitter.com/ogHnTWDdwy
— World HijabDay (@WorldHijabDay) April 23, 2022
https://www.arabnews.com/node/2072921/world