Perdagangan di Hebron Meningkat Selama Ramadhan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 27 Apr 2022 03:00 WIB

Perdagangan di Hebron Meningkat Selama Ramadhan. Foto: Bocah Palestina di Hebron Tepi Barat, Palestina mengantre bantuan Ramadhan yang dibagikan oleh sebuah badan wakaf Takiet Ibrahim, Ahad (20/5). Foto: ABED AL HASHLAMOUN/EPA EFE Perdagangan di Hebron Meningkat Selama Ramadhan. Foto: Bocah Palestina di Hebron Tepi Barat, Palestina mengantre bantuan Ramadhan yang dibagikan oleh sebuah badan wakaf Takiet Ibrahim, Ahad (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, HEBRON -- Kegembiraan dan kelegaan perlahan-lahan muncul di permukaan, ketika toko-toko di Kota Tua Hebron mulai membuka pintunya dan memyambut pelanggan.

Salah seorang pemilik toko, Abu Hatem Al-Jibreni, merasa senang warga Hebron kini bisa berbelanja di jalan-jalan sempit pasar.

Baca Juga

“Ramadhan memiliki banyak manfaat, selain amal kebaikan dari Allah, kehadirannya meningkatkan pergerakan pembelian di jalan-jalan Kota Tua, yang menguntungkan semua pihak,” kata pria berusia 87 tahun ini dikutip di Arab News, Selasa (26/4).

Penduduk Kota Tua Hebron telah menderita kerugian dan penganiayaan di tangan orang-orang Israel, karena toko-toko mereka ditutup dan jalan-jalan diblokir.

Al-Jibreni telah menjual berbagai produknya dengan harga murah dibandingkan dengan toko-toko di kota modern.

“Kami telah menderita selama bertahun-tahun. Banyak toko tutup karena pembatasan Israel dan kurangnya pelanggan di pasar,” ujarnya.

Penduduk kota merasa nyaman melihat pelanggan berdatangan di gang-gang pasar. Bulan Ramadhan seolah telah membuat mereka merasa “hidup kembali”.

Salah satu warga, Muhammad Al-Fakhouri, menyebut ia merasa sangat senang melihat keramaian di pasar, terlepas dari kegiatan jual beli yang ada. Setiap tahunnya selama Ramadhan, Kota Tua hidup kembali.

"Saya merasa menyesal, sepanjang tahun tidak ada seorang pun dari luar penduduk Kota Tua yang datang. Tetapi selama Ramadhan, pemandangannya benar-benar berbeda, seolah-olah kehidupan terlahir kembali selama bulan itu, terutama di awal-awal bulan," lanjut dia.

Orang-orang Palestina menggambarkan tindakan Israel di Kota Tua sebagai apartheid. Banyak jalan yang sepenuhnya diperuntukkan bagi pemukim, sementara warga Palestina dilarang menggunakannya.

Jalan-jalan lain diizinkan diakses bagi orang Palestina, tetapi mereka tidak diizinkan untuk mengemudi. Sementara, jalan-jalan lain diizinkan bagi orang-orang Palestina untuk mengemudi tetapi mereka tidak diizinkan untuk keluar.

Ada rumah-rumah di kota tua yang penghuninya dilarang menggunakan pintu rumah, sehingga mereka mengubah jendela menjadi pintu atau membuka pintu baru untuk rumah mereka. Di sisi lain, beberapa warga yang lain tidak dapat menyelesaikan masalah akses ke rumah, sehingga mereka harus berjalan menuju atap rumah tetangga untuk masuk dan keluar.

Diketahui ada sebuah lingkungan yang tidak bisa dimasuki orang Palestina, kecuali dia adalah penduduk dan oleh karena itu tidak ada yang diizinkan untuk berkunjung. Sementara itu, lingkungan lain hanya bisa dimasuki melalui gerbang dan pos pemeriksaan fisik.

Dewan Pengungsi Norwegia memperkirakan pada 2019 total kerugian langsung dan tidak langsung akibat penutupan toko-toko di bawah perintah militer mencapai 485 juta dolar AS selama 25 tahun terakhir penutupan. Angka ini setara dengan 1,6 juta dolar AS per bulan yang terjadi di Kota Tua.

Kota Hebron, khususnya di kawasan Kota Tua, juga menjadi saksi ketegangan pasca peristiwa di Yerusalem beberapa hari terakhir, yang kembali melemahkan pergerakan komersial di pasar Kota Tua.

"Jumlah pelanggan di awal Ramadhan meningkat, tetapi dengan ketegangan baru-baru ini, pergerakan orang menurun. Kami berharap ketenangan (perdamaian) akan berlanjut selama Ramadhan untuk pemulihan perdagangan, tetapi sayangnya ini tidak berlangsung lama,” ucap Abu Rami Sidar.

Pemilik toko manisan, Sidar, percaya bulan Ramadhan setiap tahun adalah kesempatan bagi semua pihak untuk mendapatkan keuntungan dari membeli dari Kota Tua.

Pria berusia 44 tahun ini menyebut harga yang ditawarkan di lokasi itu lebih rendah daripada di tempat lain, mengingat naiknya harga di bulan Ramadhan. Bahkan, harga di sana cenderung menurun untuk mendorong semua orang membeli dan mengunjungi Kota Tua. 

Sumber:

https://www.arabnews.com/node/2070481/middle-east