REPUBLIKA.CO.ID, Umar bin Khattab lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW (tahun 581 Masehi). Sebagai anak yang lahir dari keluarga bangsawan Quraisy, Umar bin Khathab dibekali dengan pendidikan yang baik, seperti dalam bidang perniagaan dan bela diri.
Putra pasangan Khattab dan Hanthamah ini, tumbuh sebagai pemuda yang cerdas, penuh semangat, berani, blak-blakkan dalam bicara dan dinamis.
Pada mulanya, ia sangat menentang Islam dan Rasulullah SAW. Kebencian Umar mencapai puncaknya pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Makkah menuju Madinah. Kemudian, ia menanamkan niat pasti untuk membunuh Rasulullah SAW.
Mengetahui niat buruk Umar, Rasulullah SAW selalu berdoa, “Semoga Allah SWT memberikan kejayaan pada Islam dengan masuknya Umar memeluk Islam.” Allah SWT pun mengabulkan doa Rasul Nya.
Suatu hari, Umar sudah begitu muak dengan perkembangan Islam. Dengan pedang di tangan, dia berniat membunuh Rasulullah SAW. Di jalan Umar berjumpa dengan Nuaim bin Abdullah, seorang teman yang memberitakan bahwa adik perempuannya, Fatimah, beserta suaminya, Sa’id bin Zaid, telah memeluk Islam.
Dipenuhi dengan kemarahan yang meluap-luap, Umar cepat-cepat menuju rumah Fatimah. Di sana, ia menemukan Fatimah beserta suaminya sedang membaca ayat-ayat suci Alquran. Masih dipenuhi dengan kemarahan, Umar menghardik Fatimah dan memerintahkannya untuk melepaskan Islam dan kembali kepada tuhan-tuhan nenek moyang mereka.
Di puncak kemarahannya, Umar menangkap sebuah lembaran yang bertuliskan Alquran surat Thaha. Kemudian bergetarlah hatinya.
Setelah itu, timbul keinginan kuat untuk segera menemui Rasulullah SAW. Ia pun meninggalkan rumah Fatimah menuju rumah Al-Arqam di mana Rasulullah SAW sedang menyampaikan dakwah beliau secara sembunyi-sembunyi. Umar pun memeluk Islam dan bersyahadat di depan Rasulullah SAW.
Mengenai identitas keislamannya, Umar tidak pernah menutupinya. Keberanian dan pengabdian Umar kepada Islam sebagai salah seorang penduduk Makkah yang paling berpengaruh, menaikkan semangat juang kaum Muslimin lainnya.