REPUBLIKA.CO.ID, Lidah mempunyai cara khusus dalam berpuasa yang dikenal oleh mereka yang menjauhi perkara sia-sia. Puasa lidah terus berlangsung selama Ramadhan atau diluar Ramadhan. Tetapi dalam bulan Ramadhan lidah terdidik dan terlatih.
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Hati-hatilah kamu dengan ini, kemudian beliau me nunjuk lidahnya."
Mu’adz kemudian bertanya, “Apakah kami akan disiksa akibat apa yang kami katakan, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ibumu menderita karena melahirkan kamu, wahai Mu’adz. Manusia menelungkupkan muka ke neraka adalah karena akibat lidah mereka.”
Bahaya lidah sangat besar, Abu Bakar RA pernah memegang lidahnya sembari menangis dan berkata, "ini yang telah mendatangkan banyak hal padaku."
Lidah adalah ibarat binatang buas yang berbahaya, ular berbisa, dan api yang berkobar-kobar. Sebuah syair Arab pernah mengatakan, "Jangan engkau sebut ’aib seseorang dengan lidahmu. Setiap kamu mempunyai ’aib, dan orang-orang punya lidah."
Ibnu ’Abbas pernah berkata kepada lidahnya,"Wahai lidah, berkatalah yang baik, niscaya kamu akan memperoleh untung, atau diam bungkam tak mengucapkan kata busuk, niscaya kamu akan selamat.“
Allah menyayangi orang yang berhati-hati dengan lidahnya, mengendalikan pandangannya, cara bertuturnya sopan dan mempertimbangkan apa yang hendak ia katakan.
Allah SWT berfirman, ''Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang hadir." (QS. Qaf, 18).
Setiap kata yang keluar dari mulut seorang muslim haruslah ia perhitung dengan cermat dan teliti. Sebab setiap gerak-gerik seseorang tidak akan pernah lepas dari pantauan dua orang malaikat yang selalu merekam segala gerak-geriknya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda,"Barangsiapa menjamin untukku apa yang terletak di antara kedua rahangnya (lidah) dan apa yang terletak di antara kedua pahanya (faraj), aku jamin surga untuknya.”
Hadis ini menerangkan betapa beratnya menjaga lidah dan kemaluan. Sehingga Rasulullah SAW berani menjamin syurga bagi orang yang berhasil menjaga kedua hal tersebut.
Oleh karena itu para sahabat dan tabi’in serta ulama-ulama yang terdahulu sangat menjaga etika dan mempertimbangkan terlebih dahulu kata- kata yang hendak mereka ucapkan.
Ibnu Mas’ud berkata, "Demi Allah, tidak ada di dunia ini yang lebih berhak dijaga lebih lama dari lidah." Bila orang-orang shaleh ingin berbicara, mereka mengingat akibat dan konsekwensinya, lalu mereka pun diam jika mereka memikirkan ada mudharat dari kata-kata yang akan diucapkannya.