Puasa dari Masa ke Masa (4-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany

Selasa 17 Jul 2012 13:48 WIB

Puasa (ilustrasi) Puasa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ada puasa ngrowot atau brakah (menghindari makan nasi putih dan hanya memakan dedaunan, ketela, atau jagung). Puasa patigeni (berdiam di ruangan tertutup yang gelap gulita dengan tidak makan dan minum yang umumnya dilakukan selama tiga hari tiga malam.

Ada pula istilah puasa ngalong yang berarti tidak makan minum dengan menggelantungkan diri pada batang pepohonan di alam behas.

Terlepas dari sekian banyak tujuan dan latar belakang umat- umat dan bangsa-bangsa terdahulu berpuasa, tampaklah bahwa puasa merupakan ajaran universal. Puasa seperti menjadi kebutuhan naluri, bahkan kebutuhan fitrah manusia.

Uraian di atas menunjukkan tradisi puasa didapati telah ada sejak lama bahkan sejarahnya sangat tua setua umur manusia itu sendiri. Hanya saja puasa dalam Islam konsep dan juklaknya lebih konkret dan lebih elegan, sementara puasa mereka ketentuannya tidak baku sehingga sering diubah-ubah oleh ulah tangan jahil sesuai dengan situai kondisi.

Ungkapan faktual bahwa umat-umat dahulu baik yang sudah maju maupun yang masih terbelakang biasa melakukan puasa sejak lama seperti disinggung ayat di atas, dapat ditarik hikmah bahwa umat Islam yang kini tengah dibebani kewajiban puasa sebulan penuh seyogianya menyambut tugas mulia ini dengan lapang dada dan lega hati. Tidak dengan menumbuhkan sikap hati yang kecewa dan benci. Toh, orang-orang dahulu pun membiasakan puasa.

Tradisi puasa para nabi dan umat-umat mereka dahulu yang kini dilestarikan oleh agama Islam membuktikan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini merupakan penerus yang mumi dan konsekuen dari ajaran-ajaran para nabi itu. Dan, semakin jelaslah bahwa agama Islam benar-benar sejalan dengan fitrah manusia.

Allah SWT berfirman, "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah pada) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 30).

"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan ia Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (tauhid) anganlah kamu berpecah belah tentangnya (dengan membuat-buat agama baru)." (QS. Asy-Syuura: 13).

Terpopuler