Harga Mahal Warnai Ramadhan di Tunisia

Rep: Agung Sasongko/ Red: Hafidz Muftisany

Jumat 03 Aug 2012 14:45 WIB

Menara masjid di Kairouan, Tunisia. Foto: studyblue.com Menara masjid di Kairouan, Tunisia.

REPUBLIKA.CO.ID,TUNIS--Muslim Tunisia tidak berhenti menagih janji pemerintah untuk mengendalikan harga selama Ramadhan. Sebab, tujuh bulan lalu ketika pemerintahan baru dilantik berjanji menjaga harga bahan pokok agar tidak naik selama Ramadhan.

Asiha, warga Tunis, mengeluhkan naiknya harga bahan pokok. Baginya, kenaikan harga lebih buruk dengan gelombang panas. "Selama ini, belum pernah terjadi," kata dia seperti dikutip thenews.com, Jumat (3/8).

Aisha mengaku ketika harga bahan pokok mahal, ia terpaksa memberi sepiring kadhab dan hidangan vegetarian tanpa protein sebagai menu berbuka keluarganya.

Shousa, warga Tunis, mengatakan satu kilo lemon hari, DT 4 ($ 2.46) atau delapan kali lebih mahal sebelum Ramadhan. Ia menyalahkan para spekulan yang mengambil keuntungan dari pelaksanaan bulan puasa.  "Tanpa lemon terasa kurang lengkap," kata dia.

Selima, pekerja tekstil, mengatakan dengan pemberian suami sebesar DT 160 ($ 90), hanya cukup selama minggu pertama. "Biasanya cukup untuk sebulan," kata dia.

Akhir April lalu, Perdana Menteri Hamadi Jabali berjanji untuk menurunkan harga bahan pokok.

Untuk itu, mereka mencoba untuk menekan para spekulan. Akantetapi, tetap saja mereka tidak mampu mencegah naiknya harga bahan pokok.

"Pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin," kata Mohammed, seorang PNS. Istri Mohammed, Nabil mengaku perjuangan masyarakat Tunisia untuk membentuk pemerintahan baru rasanya sia-sia lantaran harga bahan pokok tidak juga turun.

Terpopuler