Sembako Melambung, Muslim Sudan Berkabung

Red: Karta Raharja Ucu

Senin 23 Jul 2012 11:08 WIB

Muslim Sudan Foto: OnIslam.net Muslim Sudan

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Warga Sudan menyambut Ramadhan tahun ini dengan keprihatinan, menyusul melambungnya harga kebutuhan bahan pokok. Krisis ekonomi yang melanda negara tersebut, memperparah kondisi dan daya beli masyarakat di timur laut Afrika tersebut.

Tidak seperti jutaan muslim di seluruh dunia yang menyambut bulan penuh berkah itu dengan suka cita, warga Sudan menyambutnya dengan kesedihan. "Ini adalah Ramadhan yang paling sulit yang kami hadapi. Sebab semuanya sangat mahal," kata seorang warga Sudan, Huda Abdullah saat berbincang dengan Reuters, pertengahan pekan lalu.

Pria yang bekerja di sebuah universitas negeri itu melanjutkan, "Kami membeli daging jauh lebih sedikit tahun ini, karena kami tidak mampu membelinya."

Ya, daging adalah bahan makanan yang istimewa bagi masyarakat Sudan lantaran daging biasanya menjadi iftar mewah untuk keluarga selama Ramadhan. Dan kini daging menjadi barang mewah, mengingat harganya semakin meroket. Dan kenaikan itu merusak kebahagiaan warga Sudan selama Ramadhan.

"Saudara saya empat. Saya dan ayah berbagi penghasilan, tapi itu tidak cukup untuk membeli makanan untuk keluarga kami," kata Abdullah.

Sejak memisahkan diri dari Sudan Selatan tahun lalu, Sudan dihajar krisis ekonomi. Hilangnya pendapatan minyak dari Sudan Selatan menjadi pemicu infalsi. Pasalnya, Sudan harus mengimpor sebagian besar kebutuhan pangan negaranya. Dan permintaan impor makanan itu sangat dibutuhkan selama Ramadhan.

Tidak hanya harga daging yang melonjak, harga sayuran pun ikut terdongkrak. "Sayuran begitu mahal. Semuanya mahal," keluh seorang warga Sudan, Sabah.

Terpopuler