REPUBLIKA.CO.ID, Suasana Ramadhan mulai mewarnai negara bagian utara India, Jammu dan Kashmir, Sabtu (21/7).
Ribuan umat Islam di wilayah yang berbatasan dengan Pakistan ini berkerumun menuju masjid untuk shalat subuh berjamaah. Pasar pun telah ramai sejak pagi dipenuhi oleh mereka yang ingin membeli kurma, buah favorit untuk berbuka puasa.
"Kurma kualitas terbaik berasal dari Arab Saudi. Satu paket berisi dua lusin harganya berkisar 400-700 Rupee," kata Imran Manzoor, warga Srinagar, seperti dilansir Samachar, Sabtu (21/7).
Selama 30 hari puasa, yang dimulai sejak penampakan hilal, umat Islam di India tidak makan atau minum di siang hari, kecuali saat fajar dan senja yang dikenal dengan berbuka dan makan sebelum fajar yang dikenal sebagai 'sehri' atau sahur.
Hotel dan restoran pun ditutup kecuali katering untuk para wisatawan yang mengunjungi tempat wisata di Srinagar. "Kebanyakan warga setempat lebih suka berbuka dengan keluarga mereka selama bulan Ramadhan. Itulah sebabnya mengapa penduduk setempat sangat sedikit mengunjungi hotel dan restoran selama bulan suci," kata Abdul Hamid, manajer sebuah hotel di Srinagar.
Meskipun periode puasa berlangsung lebih dari 12 jam, namun konsumsi Jammu dan Kashmir akan bahan pangan justru lebih banyak selama Ramadan daripada bulan-bulan sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pendapatan yang membuat penduduk Jammu dan Kashmir lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein selama bulan suci daripada yang mereka lakukan pada bulan-bulan lainnya.
“Setiap rumah tangga membeli daging kambing, ayam, buah beras, dan sayuran. Hidangan khusus seperti halwa juga dipersiapkan untuk berbuka," kata pakar kesehatan, Nisar Ahmad. Meningkatnya jumlah makanan yang dikonsumsi, menurut Ahmad, rentan membuat jumlah diabetesi di India meningkat.
Karena itu, Ahmad menyarankan agar selama Ramadhan bagi mereka yang diet harus benar-benar diawasi. “Anda harus menyeimbangkan kalori Anda dengan pengendalian diri dan disiplin," kata Ahmad.