Demi Pasien Muslim dan Ramadhan, Dr Peter Thiel Rela Begadang

Red: Krisman Purwoko

Jumat 12 Aug 2011 14:30 WIB

Dr Peter Thiel Foto: rnw Dr Peter Thiel

REPUBLIKA.CO.ID,Kaum muslim Den Haag tidak perlu lagi berhari-hari sakit gigi karena tidak ingin membatalkan puasa dan ke dokter gigi siang hari. Dr. Peter Thiel bersedia begadang demi memeriksa pasien setelah berbuka puasa.

Sakit gigi pada bulan Ramadhan? Harus ke dokter gigi tapi ingin tetap puasa? Di Indonesia, ini mungkin bukan masalah besar karena praktik dokter juga buka pada malam hari. Tapi di Belanda, di mana semua toko dan kantor pelayanan publik tutup pukul 18.00 sore, masalah ini bisa jadi dilema. Untungnya di Kijkduin, Den Haag, Dr. Peter Thiel dari Apollonia Dentistry menawarkan jalan keluar: kaum muslim yang sakit gigi bisa datang setelah berbuka puasa.

Brilian

Di Belanda, membuka praktik dokter gigi hingga malam hari bukan hal biasa. Bisa dibilang, dokter Thiel adalah satu-satunya dokter gigi yang bisa didatangi malam-malam. Lalu kok bisa, sih, punya ide brilian buka praktik khusus untuk pasien muslim?

“Dua minggu lalu, saya minta seorang pasien Maroko datang kembali untuk kontrol. Dia bilang, ‘Wah, kalau kontrolnya minggu depan, nggak bisa. Sudah mulai Ramadan dan saya puasa, jadi tidak boleh memasukkan benda apa pun ke mulut,’“ dokter yang ramah ini memulai cerita. “Tiba-tiba saya punya ide dan bilang, ‘Ya sudah, datang selepas magrib saja. Saya akan buka praktik sampai tengah malam. Khusus untuk Ramadan,’” kata dokter Thiel kepada Radio Nederland.

Ramai

Magrib di Belanda baru tiba sekitar pukul 21.30, jadi bisa ditebak: tiap hari dokter Thiel harus melayani pasien sampai tengah malam. “Tapi saya nggak keberatan, kok. Ramadan kan cuma empat minggu,” katanya. Lagipula, tambahnya, praktik gigi Apollonia punya beberapa dokter. Jadi dari pagi sampai siang, dokter Thiel bisa menyerahkan pelayanan gigi pada rekan-rekan lain.

Praktik selepas magrib ini tentu ditujukan untuk kaum muslim, tapi adakah pasien “biasa” yang juga datang malam hari? “Sampai sekarang, sih, belum ada, karena mereka tentu saja bisa datang siang-siang.”

Menilik kota Den Haag yang punya banyak pendatang muslim, tidak mengherankan kalau praktik malam dokter Thiel lumayan ramai dikunjungi. “Per malamnya bisa dua atau tiga pasien. Biasanya mereka sudah bikin janji sebelumnya, tapi ada juga yang langsung datang tanpa janjian.”

Karier

Dokter Thiel lahir di Jerman dan menamatkan pendidikan kedokterannya di Universitas Freiburg. Ia lalu pindah ke Afrika Selatan dan selama bertahun-tahun membuka praktik di sana. Beberapa tahun lalu ia memutuskan untuk kembali ke Eropa karena “Afrika sudah tidak seperti dulu lagi.”

Lalu mengapa menjatuhkan pilihan pada Belanda? “Di Eropa, bagi saya Belanda yang paling enak. Negaranya berorientasi internasional, sistem asuransi kesehatannya bagus, penduduknya juga terbuka menerima orang asing,” jelas dokter yang fasih berbahasa Belanda ini.

Terpopuler