REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Kaum Muslim penganut ajaran Syatariah di Kabupaten Padang Pariaman dan daerah lain di Sumatera Barat menjadwalkan melakukan tradisi melihat bulan dengan mata telanjang pada Selasa (30/8) untuk menentukan 1 Syawal 1432 Hijriah.
Kami akan melihat bulan besok (Selasa, 30/8) untuk menentukan masuknya Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah menurut kepercayaan penganut Syatariah, kata seorang tokoh Syatariah Datuk Bandaro Rayo di Padang Pariaman, Senin.
Dengan demikian, maka pada Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah yang berdasarkan ketetapan pemerintah pada Selasa (30/8) para pengikut ajaran Syatariah masih melaksanakan ibadah puasa.
Ia menyebutkan, jika pada senja atau Selasa (30/8) malam bulan terlihat, maka pada Rabu (31/8) kaum muslim jamaah Syatariah melaksanakan sholat Idul Fitri.
Prosesi melihat bulan dengan mata telanjang akan dilakukan para tokoh ulama Syatariah yang datang dari berbagai kota dan kabupaten di Sumbar di Pantai Ulakan Padang Pariaman dan di Koto Tuo, Kabupaten Agam.
Saat ditanya jika pada Selasa malam bulan tidak terlihat, apakah pada Rabu (31/8) Syatariah masih berpuasa, ia mengatakan, hal itu akan diputuskan dalam rapat para tokoh ulama Syatariah.
Jamaah Syatariah memulai 1 Ramadhan 1432 Hijriah juga berbeda satu hari dengan penetapan pemerintah.
Ajaran Syatariah berpusat di Surau Koto Tuo, Kabupaten Agam, Sumbar mengklaim memiliki jemaah mencapai sekitar 1,2 juta orang di Sumbar dan ratusan ribu lainnya menyebar di Jambi, Riau, Bengkulu hingga ke Malaysia.
Jamaah Syatari'ah adalah pengikut ulama besar Minangkabau Syekh Burhanudin yang membawa ajaraan Islam ke Ranah Minang pada tahun 1111 Masehi.
Ulama kharismatik itu wafat dan dimakamkan di Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman dan hingga kini pusaranya selalu dikunjungi ratusan ribu pengikut Syatariah untuk berziarah setiap bulan Syafar atau dikenal dengan tradisi "Basafa".