Kasih Ramadhan di Bantar Gebang

Rep: mg02/ Red: Hafidz Muftisany

Kamis 26 Jul 2012 06:47 WIB

Sampah Bantar Gebang Foto: Edwin/Republika Sampah Bantar Gebang

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI --  Langkah untuk tetap mencari rejeki di bulan suci Ramadhan tak lantas putus hanya karena menjalankan ibadah puasa. Begitu pula dengan Zaenal (25) yang tetap berangkat untuk bekerja dengan mengais sampah plastik di TPA Bekasi Bantar Gebang, Selasa (24/7).

Puasa hanya merubah waktu kerjanya. Yang biasanya ia lakukan dari pagi hingga petang, menjadi petang sampai tengah malam. Ia berangkat dari gubuknya pukul 16.00 WIB.

Perlahan Zaenal naik ke puncak sampah yang laksana gunung itu. Di puncak sana sampah yang Ia inginkan berada. Sampah plastik kresek. Senjatanya hanya alat pencongkel sampah, keranjang sampah, sepatu bot, dan senter untuk bekerja di malam hari.

"Sehari bisa 20 kali balikan naik turun," kata Zaenal.

Bekerja bukanlah alasan baginya untuk tidak berpuasa. Zaenal harus menafkahi istrinya, Erna (23)  yang tengah mengandung anak keduanya. Anak pertama mereka Syahrul (5).

"Cukup sampai saya aja yang jadi pemulung. Syahrul harus bisa lebih," Zaenal menyimpan harapan pada Syahrul.

Hasil memulung Zaenal kemudian disortir sebelum di serahkan pada orang yang mereka sebut sebagai "bos".

"Bos nimbangnya per lima belas hari. Kalau dihutung per hari sih dapat tiga puluh ribu kali lima belas," terang Zaenal tentang penghasilannya.

Sementara di bulan ramadhan ini ibu-ibu di daerah Zaenal mengadakan pengajian di Masjid yang terlatak persis di mulut ke TPA Bekasi. Erna termasuk didalamnya.

"Tiap hari Rabu sama Jumat. Ustaznya ganti-ganti," kata Erna.

Berbagai perasaan muncul di bulan ramadhan. Keluarga kecil dari Karawang ini pun merasakan kerinduan akan kampung halamannya.

"Ada senengnya ada sedihnya. Seneng karena disini banyak temen. Sedihnya jauh dari orang tua. Dikampung usaha susah.Kalau disini lumayan lah ada buat makan," jelas Zaenal.

Tak jauh berbeda dengan Zaenal. Romih (40) tetap menjalankan ibadah puasa. Perempuan ini tetap memulung walau dibawah terik panas matahari. Ia tak merubah jadwal memulungnya. Berangkat pagi pulang tengah hari.

"Puasa kan kewajiban kita. Lagian puasa ngurangin beban. Yang asalnya mesti makan 3 kali sehari jadi 2 kali," kata Romih sambil tertawa.

Romih menyatakan kalau puasa benar-benar diniatkan  kerja  itu seperti biasa saja tidak terlihat seperti yang sedang berpuasa.

"Kalau tidak lagi berhalangan ya bisa tamat 30 hari," ungkapnya dengan senyum simpul.

Terpopuler