Masjid Istiqlal Dipadati Jamaah I'tikaf

Rep: C17/ Red: Johar Arif

Sabtu 27 Aug 2011 23:26 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendekati hari terakhir Ramadhan, Masjid Istiqlal dipadati para jamaah yang berdiam diri di masjid (I'tikaf). Menurut Kasubid Kamtib dam SaTpam Masjid Istiqlal, H.M Soebakir, sebanyak 170 orang menginap di Istiqlal untuk melakukan I'tikaf.  

Pada jamaah tersebut, kata Soebakir, notabene berasal dari Jabodetabek. "Ada juga yang berasal dari Palembang, Banjarmasin, dan Sulawesi," ujar Soebakir, Sabtu (27/8) ketika ditemui di kantornya.

Dari 170 jamaah, papar Soebakir, didominasi oleh laki-laki, yakni sebanyak 130 orang. Sedangkan perempuan, kata dia, hanya sebanyak 40 jamaah. "Tahun ini mengalami penurunan jumlah," ungkapnya.

"Saya datang sejak puasa pertama," kata Sukainah, jamaah asal Jemabatan 5, Jakarta Pusat. Ia mengaku selalu melakukan i'tikaf ketika Ramadhan. "Ini tahun ketiga saya," kata dia. Ibu dua anak ini mengaku mendapatkan ketenangan dalam berpuasa ketika beri'tikaf.

Tak hanya Sukainah, Jamiati (60) juga mengaku datang ketika awal puasa. Dengan alasan ibadah, perempuan asal Semarang ini mengaku pasrah meninggalkan suami di Semarang. "Ibadah puasa saya jadi lebih terasa di sini (Masjid Istiqlal)," kata Jamiati.

Menurut Wakil Ketua Pantia Amaliyah Ramadhan, Muhammad Wahyono, hukum melakukan I'tikaf adalah sunnah. Tapi bisa menjadi wajib jika dinazari. "Yang terpenting mereka memenuhi syarat-syarat beri'tikaf," ungkapnya. Adapun syarat i'tikaf yakni niat, puasa, dan tidak bersetubuh.

Kendati tidak mendapatkan fasilitas berlebih, namun Jamiati mengaku ikhlas. "Yang penting ibadah saya lancar," paparnya.

Menurut Soebakir, Istiqlal hanya menyediakan tempat istirahat untuk para ibu-ibu. "Masjid telah menyediakan ruangan bersekat papan pada lantai dasar. Ini guna menjamin aurat jamaah perempuan," kata Soebakir.

Lantai dasar masjid lima lantai ini menjadi tempat istirahat bagi para jamaah perempuan. Dengan sekat papan, ruangan itu dipenuhi oleh barang-barang bawaan 40 jamaah perempuan. "Yang penting kamu diizinkan tinggal," kata jamaah I'tokaf lainnya.

Pada 20 hari pertama puasa, ungkap Soebakir, para jamaah harus mencari sendiri kebutuhan makan sahur mereka. Namun, menurut Soebakir, para jamaah diberikan makanan berlebih ketika berbuka, dan ini dapat dijadikan bekal ketika sahur. "Tapi pada 10 hari terakhir, masjid memberikan makan sahur," kata dia.

Soebakir mengaku tidak sepenuhnya menganjurkan para jamaah melakukan i'tikaf di masjid terbesar di Asia Tenggara ini. "Yang terpenting mereka melapor terlebih dahulu kepada petugas sebelum melakukan i'tikaf," imbuhnya.

Terpopuler