Hikmah Turunnya Alquran di Bulan Suci Ramadhan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko

Rabu 20 Apr 2022 03:45 WIB

Alquran Foto: Republika/Agung Supriyanto Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,  KAIRO -- Ulama tafsir dari Mesir, Syekh Amin al-Khouli, memberikan penjelasan tentang hikmah turunnya Alquran di bulan suci Ramadhan. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah mengapa Allah SWT memilih Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Alquran?

Syekh Khouli menjelaskan, ada hubungan antara Alquran dan bulan Ramadhan. Sebab, melalui puasa itulah, seseorang menyadari kemanusiaannya, yang didasarkan pada pemahaman hidup dan makna religiusitas.

Baca Juga

"Manusia adalah makhluk, punya kekuatan dan kelemahan. Pada akhirnya, manusia bukanlah malaikat dan tidak siap membuat keajaiban. Itulah sebabnya Allah memerintahkan puasa agar seseorang menyadari kelemahannya dan batas kekuatannya," jelasnya.

Dalam hal itulah, Alquran diturunkan untuk membimbing iman dan Islam, melalui Rasulullah SAW. Alquran adalah mukjizat yang tidak diturunkan kepada beberapa nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Karena, masa sebelum Nabi Muhammad SAW adalah masa ketika umat manusia belum mencapai tingkat kematangan memahami dengan akal dan pemikiran tanpa membutuhkan sesuatu yang magis.

Itulah sebabnya mengapa Alquran datang sebagai mukjizat itu sendiri. Diturunkan dalam bahasa Arab, yang di dalamnya tersimpan banyak keindahan bahasa. Keindahan bahasa dalam Alquran ini kemudian berusaha dibuat oleh para ahli syair pada masa itu, dengan berupaya membuat surah atau satu ayat yang serupa. Kemudian banyak yang menyadari, bahwa Alquran adalah kitab yang ayat-ayatnya penuh dengan hikmah, sehingga kebathilan tidak akan datang dari arah manapun.

Syekh Amin al-Khouli juga menyampaikan, Alquran dan puasa sama-sama ditujukan kepada umat manusia. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia.

Al-Khouli berpendapat, turunnya Alquran (Nuzulul Quran) bukan hanya dalam arti turun dari surga ke bumi. Dia mengungkapkan, ada bukti bahwa Alquran menggunakan kata 'nazala' dalam arti lain yang tidak melibatkan makna perpindahan atau turun. Misalnya pada Surah Al-Hadid ayat 25.

"...Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa."

Begitu pun dalam Surah Al-A'raf ayat 26. Allah SWT berfirman, "Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat."

Pada dua ayat tersebut, kata 'nazala' tidak dimaknai 'turun' tetapi diartikan sebagai 'menciptakan' dan 'menyediakan'. Karena itu, Syekh al-Khouli menyampaikan turunnya Alquran di bulan Ramadhan bukanlah syarat bahwa wahyu secara fisik itu diturunkan oleh Malaikat Jibril.

"Melainkan, diturunkan dalam arti membawa sesuatu lebih dekat, kemudian dibimbing untuk itu. Alquran adalah berkah dan petunjuk, sehingga turunnya wahyu di bulan Ramadhan dapat mendekatkannya kepada orang-orang dan membuat mereka membagikannya di bulan Ramadhan, bulan di mana orang yang berpuasa menyadari kemanusiaannya dan mereka menemukan dalam Alquran jalan menuju kehidupan yang diridhai Allah SWT," tambahnya.