REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT – Sajian tradisional Kuwait hingga saat ini masih terjaga dan tetap dihidangkan di meja selama buka puasa Ramadhan.
Di sisi lain, masyarakat Kuwait perlahan-lahan memperkaya jenis makanan mereka dengan beragam pangan dari komunitas lain di tengah globalisasi menu.
Dalam sebuah wawancara, seorang juru masak kondang Kuwait Munira Al-Hay menyebut menu Ramadhan terus memasukkan makanan tradisional yang menjadi santapan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Masakan lama yang terbuat dari gandum dan gandum giling, seperti “herees and jereesh” dan hidangan nasi-ayam “majbous”, sebagian besar tetap disukai banyak orang Kuwait terutama selama bulan puasa.
Dilansir di Kuwait Times, Senin (11/4), sejak 1960-an Kuwait membuka diri untuk memperkaya dan mendiversifikasi makanan mereka.
Panganan selama Ramadhan bertambah, seperti salad, kue-kue goreng, sup, makanan jeli dan minuman manis.
Chef Al-Hay mengatakan makanan Ramadhan masih dihiasi dengan santapan manis tradisional seperti "lugaimat" dan "sab al-gafshah", atau potongan adonan berbentuk yang digoreng dan direndam dalam gula cair.
Seorang juru masak lainnya, Chef Sami Al-Sherida mengatakan orang Kuwait pada 1960-an dulu pantang makan seafood selama Ramadhan. Hal ini dia lakukan mengingat panganan ini tersedia dengan harga terjangkau sepanjang tahun.
Dia menambahkan, saat ini makanan berbuka puasa berbeda dalam hal bahan dibandingkan dengan yang diambil untuk sahur. Selain itu, orang menyukai beberapa jenis makanan untuk cuaca panas dan dingin.
Kepala koki di perusahaan makanan Kasco, Sheikha Al-Mohammad, mengatakan makanan berbuka puasa Kuwait di masa lalu sangat sederhana, hanyak kurma, sup, “tashreeb” (daging dan sayuran yang dimasak direndam dalam saus tomat) dan nasi. Tak hanya itu, di masa lalu hidangan sup yang umum hanya terbuat dari lentil atau kacang-kacangan.
“Tashreeb” dulunya merupakan hidangan utama selama Ramadhan. Tetapi, Al-Mohammad menyebut sekarang hal ini telah menjadi hidangan sampingan.
Dia juga menyebut banyak keluarga saat ini lebih menyukai kue kering yang dimasak dengan air fryer daripada digoreng menggunakan minyak.
Chef Al-Mohammad juga mengamati hidangan nasi yang dulu mendominasi santapan Ramadhan tidak lagi hadir di meja saat berbuka puasa.
Di sisi lain, banyak anak muda Kuwait saat ini lebih menyukai steak dan hamburger daripada hidangan tradisional, seperti “majboos laham” (nasi yang dimasak dengan daging kambing atau sapi), atau “majboos dajaj” (nasi dengan ayam).
Terakhir, dia menyebut telah menyarankan kepada umat Muslim yang ber puasa untuk mengonsumsi makanan yang digoreng, kue kering dan makanan penutup dalam jumlah sedang untuk alasan kesehatan.
Sumber: kuwaittimes