REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bulan Ramadhan merupakan saat-saat yang identik dengan kebersamaan antar keluarga dan sahabat. Di momen ini, ada baiknya dimanfaatkan untuk mengenalkan dan mendidik anak tentang Islam.
"Hal ini tidak akan terlepas dari delapan fungsi keluarga, yang salah satunya adalah sbagai sarana pendidikan. Diantara pendidikan yang paling utama ialah pendidikan karakter sesuai hafis Rasul, akrimu auladikum wa ahsin adabahu, atau muliakan anak-anakmu dan perbaguslah akhlaqnya," ujar Ketua Pimpinan Pusat 'Aisyiyah, Shoimah Kastolani, saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.
Ia menyebut, pendidikan akhlak harus dilakukan dengan pendekatan komunikasi yang efektif. Maka, di bulan Ramadhan ini ada baiknya diciptakan nuansa khusus kebersamaan. Hal tersebut bisa dilakukan saat berbuka, sahur, atau berjamaah jika tidak bisa ke masjid.
Di bulan penuh berkah Ramadhan ini, disampaikan orang tua dapat menggugah jiwa kemanusiaan pada anak, dengan melibatkan mereka saling berbagi, tolong menolong, serta peduli terhadap orang lain yang ada di sekitar mereka.
Upaya-upaya untuk mengajarkan anak tentang Islam dan kebaikan dilakukan sesuai dengan proporsi usia masing-masing. Hal ini dicontohkan pula oleh Rasulullah SAW yang menyampaikan, khatibunnas biqodari 'uqulihim, atau mengajak bicara sesuai kadar akalnya.
Maka, Rasulullah SAW sering bercanda dengan cucunya yang sering bermain di atas pangkuannya, bahkan sering dicium. Sampai kemudian ada sahabat yang memprotes.
"Sang sahabat menyebut ia memiliki 10 cucu namun tidak pernah dicium. Rasulullah SAW menjawab, man yarham wa la yurham. Siapa tidak menyayangi anak, maka tidak akan disayangi anak," lanjutnya.
Selain itu, ada kisah lain yang menyebut sang cucu pernah memakan kurma yang merupakan hasil dari sedekah. Hal ini diniatkan untuk dibagikan ke Masyarakat. Dengan penuh rasa sayang, Rasul mengambil kurma yang ada di dalam mulut sang cucu sambil berkata, "Ini bkn hakmu". Dari dini, Rasulullah SAW telah mendidik agar tidak melakukan korupsi.
Kalau terpaksa, Shoimah melanjutkan, Nabi akan memberikan teguran dengan cara yang halus. Hal ini tergambarkan dalam kisah ketika sang cucu mengambil makanan yang agak jauh dengan tangan kiri.
Melihat ini, Rasulullah mengingatkan, "Ya Ghulam (panggilan kesayangan untuk anak laki-laki), kalau makan pakailah tangan kanan dan mengambil makanan yang dekat dari tempat dudukmu".
"Rasulullah SAW mengajarkan etika makan dan menghindari sifat serakah. Artinya, Rasul mendidik dengan asah, asih dan asuh. Pendekatannya dengan memberi contoh," ucap dia.
Terakhir, Shoimah menyebut ketika Fatimah belum menikah, Rasulullah ketika akan tidur selalu menyempatkan menengok kamar tidurnya Fatimah, bahkan kadang dengan memberi nasehat. Hal ini menunjukkan kedekatan Rasul pada anaknya sangat komunikatif.