REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seringkali penderita penyakit kencing manis (DM) yang beragama Islam ragu apakah bisa menjalankan puasa ramadhan. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes di rumah sakit (RS) Premier Surabaya Sony Wibisono Mudjanarko mengatakan, penderita DM bisa berpuasa namun ada kondisi yang harus dilakukan terlebih dahulu, termasuk menggolongkan tingkat penyakit (stratifikasi).
Sony mengakui, Muslim wajib berpuasa ramadhan. "Namun, ketika menderita penyakit ini maka ada yang harus diperhatikan," ujarnya di konferensi virtual, ditulis Sabtu (9/4/2022).
Yaitu ada penggolongan pasien DM yang merujuk standar organisasi diabetes internasional yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan berat. Ia menambahkan, penderita DM yang termasuk kategori tinggi dan sangat tinggi adalah yang memiliki gula darah yang tinggi. Misalnya dari hasil tes secara acak terungkap 300 mg/dL dan kontrol gula darah lebih dari 10 mmol/l maka digolongkan sangat tinggi atau yang masuk kategori tinggi adalah 8 hingga 10 mmol/l, atau bisa juga tes gula darah nya termasuk rendah.
"Cara menentukannya dengan melakukan hemoglobin yang berkaitan dengan glukosa darah (HbA1c) kontrol pemeriksaan gula darah bisa mencerminkan gula darah yang diambil 3 bulan ke belakang," ujarnya.
Stratifikasi gula darah, dia melanjutkan, sebaiknya dikerjakan 3 bulan sebelum puasa dilakukan. Setelah diketahui kategori tinggi atau sangat tinggi, dia melanjutkan, penderita DM diharapkan mengubah gaya hidup agar HbA1c bisa turun lebih baik 8 mmol/l ke bawah. Jika sudah turun dan ada di kategori sedang, dia melanjutkan, artinya orang yang menderita DM level ini baru diperbolehkan berpuasa.
"Tetapi seringkali tahap ini tidak bisa dikerjakan. Pasien DM tetap berpuasa, padahal HbA1c nya di atas 10 mmol/l," katanya.
Ia menjelaskan, semua orang yang berpuasa akan merasakan haus atau lapar serta gula darah yang drop. Sementara penderita DM tidak hanya merasa lapar dan haus karena kurang cairan serta gula darah drop kalau salah meminum obat atau suntiknya. Kemudian, gula darah langsung tinggi ketika makan. Kondisi inilah, dia melanjutkan, bisa memicu penderita DM merasakan penyakit yang tidak dikehendaki seperti serangan jantung atau serangan stroke.
"Sebab, ini bisa membuat aliran darah tidak lancar sehingga memicu serangan jantung dan stroke," ujarnya.
Ia meminta kondisi ini yang perlu diperhatikan para dokter yang menangani pasien DM supaya menstratifikasi pasiennya kondisi ringan, sedang, berat, atau sangat tinggi. Setelah diketahui dan kondisi penderita DM bagus maka diatur obat-obatannya maupun aktivitasnya.
"Kemudian, penderita DM ini harus diedukasi. Dengan stratifikasi, edukasi, dsn pengaturan obat-obatan ternyata penderita DM cukup aman untuk berpuasa," katanya.