REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Persiapan Ramadhan disebut berlangsung dengan baik di Masjid Al-Aqsa, jantung Kota Tua Yerusalem. Di mana umat Islam berharap bulan suci akan bebas dari gejolak beberapa tahun terakhir.
Para jamaah muncul dari gang-gang yang teduh ke kompleks di Masjid Al Aqsa, setelah mereka melewati pos pemeriksaan. Sementara turis diantar pergi sebelum waktu sholat.
“Segalanya menuju normal, artinya orang akan datang untuk berdoa dan kembali ke rumah. Insya Allah, tidak akan terjadi apa-apa,” kata Kepala hubungan masyarakat di Wakaf, yang mengawasi situs-situs Islam Yerusalem, Mohammed Al Ashhab, dilansir dari laman the National pada Selasa (5/4).
Mereka berharap untuk kembali ke ritme harian seperti itu. Sementara dua Ramadhan sebelumnya bermasalah di kota suci, dengan pandemi virus corona membuat kehidupan beragama terhenti pada 2020.
Muslim berbondong-bondong ke Al Aqsa musim semi lalu, hanya untuk situs suci yang dirusak oleh kekerasan antara pasukan keamanan Israel dan jamaah. Menurut petugas medis, lebih dari 1.000 warga Palestina terluka di Yerusalem Timur selama Ramadhan, seperti juga puluhan petugas polisi Israel.
Bahkan pada malam-malam ketika kompleks itu sendiri damai, para jamaah secara teratur menghadapi bentrokan di Gerbang Damaskus kota saat mereka dalam perjalanan pulang.
Di sisi lain, orang-orang berharap adegan seperti itu tidak akan terulang di Ramadhan ini. Ada juga optimisme bahwa jamaah dari jauh akan dapat merayakan bulan suci di Yerusalem.
“Kami menyambut semua orang, dan kami siap untuk dunia datang dan beribadah. Untuk menikmati diri mereka sendiri, untuk berdoa dan kembali ke dunia dengan selamat dan sehat untuk keluarga mereka," kata Al Ashhab.
Adapun Muslim biasanya melakukan perjalanan ke Yerusalem dari Turki dan tempat lain selama Ramadhan, jika mereka diizinkan masuk oleh otoritas Israel.
Pengunjung asing menjadi pemandangan langka di kota itu selama dua tahun terakhir karena pandemi. Akan tetapi dengan sedikit pembatasan virus corona yang sekarang diberlakukan di perbatasan, turis dan jamaah telah kembali ke kompleks Masjid Al Aqsa dalam beberapa pekan terakhir.
Mereka berjalan-jalan di atas batu-batu kuno dalam kelompok-kelompok kecil, menatap kagum pada Kubah Batu Emas dan berpose untuk foto. Situs ini berdiri di atas Tembok Barat, situs paling suci di mana orang Yahudi bisa berdoa.
Kehadiran Ramadhan berpotensi membawa kebebasan yang lebih besar bagi warga Palestina dari Tepi Barat, bersama dengan Yerusalem Timur. Sementara itu telah diduduki oleh Israel sejak perang Arab-Israel pada 1967.
Pihak berwenang Israel sering melonggarkan aturan izin selama bulan suci. Hal ini memungkinkan lebih banyak penduduk Tepi Barat melakukan perjalanan ke Yerusalem.
Saat lampu Ramadhan digantung tahun ini, jalan-jalan yang ditinggalkan pada 2020 tampak seperti kenangan jauh. Akan tetapi virus corona selalu ada dan staf di Al Aqsa mendorong jamaah untuk memakai masker.
“Kami biasanya mengontrak perusahaan kebersihan, karena biasanya banyak (jamaah),” kata Al Ashhab.
Dia mengatakan, usai salat Tarawih pada pukul 11.00 malam, tim masuk untuk melakukan pembersihan alun-alun secara menyeluruh. Kerumunan akan turun ke jalan-jalan Kota Tua, di mana pemilik toko yang terkena dampak pandemi akan menunggu pelanggan.
Kios-kios juga bermunculan selama Ramadhan, menjual berbagai macam cinderamata dan mainan. Sementara aroma dari warung-warung tercium di sepanjang gang.
“Kami berharap semuanya akan tenang dan tidak akan terjadi apa-apa di Yerusalem,” kata Al Ashhab.
“Orang-orang yang membawa anak-anak, dan orang tua, akan dapat tiba di Masjid Al-Aqsa, berdoa dan menikmati diri mereka sendiri dengan damai,” lanjutnya.