Ramadhan Diharapkan Memantik Geliat Ekonomi Pasar Baru

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil

Jumat 25 Mar 2022 22:07 WIB

Pengunjung mulai memadati sentra pakaian Pasar Baru, Kota Bandung, Jumat (25/3/2022). Umunya para pengunjung mencari busana muslim dan perlengkapan ibadah jelang Ramadhan. Foto: Edi Yusuf/Republika Pengunjung mulai memadati sentra pakaian Pasar Baru, Kota Bandung, Jumat (25/3/2022). Umunya para pengunjung mencari busana muslim dan perlengkapan ibadah jelang Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG—Ramadhan selalu menjadi ladang rezeki bagi para pedagang Pasar Baru, Kota Bandung. Namun semenjak pandemi, keistimewaan ramadhan menjadi sedikit berkurang dibanding masa-masa sebelum virus asal Wuhan itu merebak dan melumpuhkan perekonomian Indonesia, bahkan dunia. 

Selama dua tahun terakhir, kegiatan berniaga di pasar yang dibangun pada zaman Hindia Belanda ini seakan lenyap. Suasana pasar yang biasanya ramai dengan teriakan pedagang yang berlomba menawarkan dagangan mereka kini senyap, kesunyian juga semakin terasa dengan banyaknya kios-kios yang tutup, baik karena ‘rehat’ sejenak atau ‘gugur’ karena tak kuat melawan terjangan pandemi. 

Baca Juga

Dari delapan lantai pasar yang biasanya menjajakan jenis dagangan yang berbeda-beda, kini hanya menampilkan hal yang sama, yaitu kertas pengumuman bertuliskan ‘Kios Ini Dijual’. Iwan Suherman, Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru (HP2B) mengamini kondisi pasar baru yang sedang tidaj baik-baik saja ini. Dia mengungkapkan, dari 4.200 pedagang yang aktif berniaga di Pasar Baru, lebih dari 50 persennya terpaksa gulung tikar karena pandemi. 

“Karena hampir 80 persen pengunjung Pasar Baru adalah wisatawan dari luar daerah, baik luar kota maupun luar negeri, maka aturan PPKM memberikan dampak yang sangat besar bagi pedagang,” ujarnya saat ditemui di Kantor HP2B di Lost Basement Pasar Baru, Senin (21/3/2022). 

Namun seiring berlanjutnya tren penurunan kasus harian Covid-19 di Kota Bandung, aktivitas berniaga mulai kembali bergeliat di pasar yang didirikan pada 1906 itu, meski masih sangat jauh jika dibandingkan pada masa-masa sebelum pandemi. Hal ini merujuk pada mulai diterapkannya kembali sistem belajar tatap muka, ditambah sederet kebijakan pelonggaran pembatasan dari pemerintah. 

“Pedagang tas, sepatu dan seragam SD hingga SMA sudah mulai kembali berdagang, begitu juga pedagang aksesoris cinderamata hajatan, pernikahan, dan undangan karena sekarang sudah tidak terlalu ketat pembatasannya,” kata Iwan. 

“Sudah sebulan terakhir sebelum Ramadhan pengunjung agak naik, Alhamdulillah sempat sampai dua hingga empat ribu pengunjung di akhir pekan, tapi ini masih jauh dari normal, biasanya weekend bisa 10-15 ribu pengunjung,” sambungnya. 

Dia juga sangat bersyukur dengan jumlah pedagang yang memutuskan kembali berniaga. Dia berharap geliat ekonomi akan semakin meningkat, khususnya di bulan Ramadhan yang selama ini selalu menjadi momen untuk mendulang rejeki bagi para pedagang.

“Mudah-mudah bisa terus naik tingkat kunjungan dan pedagang bisa berdagang secara normal, akan tetapi terlepas dari itu semua, kepada seluruh pedagang dan pengunjung di Pasar Baru agar tetap menjalankan prokes, dan bekerjasama menertibkan prokes,” ujarnya.