REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja memperkirakan tingkat kunjungan pusat perbelanjaan sebesar 30 hingga 40 persen saat Ramadhan sampai Idul Fitri tahun ini.
Menurutnya, perkiraan tersebut menjadi topangan total target 70 hingga 80 persen tingkat kunjungan pada 2022 yang ditetapkan APPBI. Ia mengatakan total target tingkat kunjungan tersebut meningkat jika dibandingkan dengan 2020 dan 2021.
Alphonzus menyebutkan rata-rata tingkat kunjungan pusat perbelanjaan pada 2020 hanya sebesar 50 persen, kemudian naik menjadi 60 persen pada tahun lalu. "Salah satu penunjang kenaikan (target) tersebut adalah tentunya di bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Bulan itu menjadi salah satu puncak kunjungan di pusat perbelanjaan," kata Alphonzus saat konferensi pers di XXI Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (10/3/2022).
Ia menilai penanganan Covid-19 saat ini sudah relatif terkendali jika dibandingkan dengan dua tahun lalu berkat cakupan tingkat vaksinasi yang tinggi. Selain itu, PPKM wilayah Jabodetabek juga telah turun dari semula level dua menjadi level tiga.
Kondisi tersebut menjadi harapan bagi pusat perbelanjaan untuk dapat pulih kembali. Alphonzus menekankan pusat perbelanjaan juga akan terus melaksanakan protokol kesehatan sesuai peraturan yang diberlakukan secara ketat, disiplin, dan konsisten.
Meski situasi pandemi membaik, Alphonzus mengatakan APPBI belum bisa memperkirakan tingkat kunjungan pusat perbelanjaan 100 persen pulih pada tahun ini. Menurut perkiraannya, hal tersebut terjadi karena sekitar 20 persen pengunjung tidak akan kembali ke pusat perbelanjaan meskipun kondisi sudah normal.
"Mereka itu (yang 20 persen) datang ke pusat perbelanjaan sebelum pandemi hanya untuk kepentingan berbelanja saja, terus sekarang sudah tergantikan dengan online," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia mendorong pusat perbelanjaan dapat memposisikan diri tak hanya sekadar menjadi tempat berbelanja masyarakat. Menurutnya, diperlukan inovasi dan kreativitas pengelola untuk bisa mengembalikan mereka yang telah telanjur nyaman berbelanja daring.
Inovasi dan kreativitas tersebut dapat ditambahkan pada fungsi tambahan selain fungsi tempat berbelanja. Alphonzus menggarisbawahi manusia pada dasarnya makhluk sosial yang memerlukan interaksi secara langsung sehingga hal tersebut dapat dijadikan peluang pengelola untuk berinovasi.
"Sebetulnya pusat perbelanjaan tidak perlu khawatir dengan adanya online. Online ini hanya sebagai tambahan channel saja bagi retailer untuk proses penjualannya," ujarnya.
Dari sisi perekonomian, Alphonzus menilai situasi perlahan mulai pulih seiring dengan penanganan Covid-19 yang membaik. Namun, ia juga mengingatkan pemulihan ekonomi pusat perbelanjaan dapat terganggu dan terhambat jika terjadi kondisi yang tidak kondusif, terutama disebabkan oleh kenaikan tarif PPN 11 persen pada 1 April 2022 dan ketidakpastian global akibat perang Rusia-Ukraina.
"Awal April sudah Ramadhan dan kemudian awal Mei sudah Idul Fitri. Harus kita jaga bersama momen yang sudah baik ini supaya kita bisa menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini jauh lebih baik dari dua tahun lalu," katanya.