REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika puasa Ramadhan yang dikenal saat ini dimulai setelah waktu imsak menjelang subuh, beda halnya dengan pelaksanaan puasa di masa awal dulu yang dimulai setelah waktu isya. Benarkah demikian?
Dalam buku Sejarah Puasa karya Ustadz Ahmad Sarwat dijelaskan, Ibnu Abbas menceritakan pada awalnya puasa Ramadhan sudah dimulai sejak selesai sholat Isya. Ketentuan berpuasa Ramadhan itu pun berbeda dengan yang umat Muslim kenal saat ini, yakni tidak boleh hanya menahan makan dan minum, namun juga tidak boleh melakukan hubungan intim.
Dijelaskan, puasa semacam itu sangatlah berat sehingga terdapat seorang sahabat Nabi yang 'melanggar' ketentuan puasa di malam hari. Salah satunya adalah Sayyidina Umar bin Khattab. Para sahabat yang tak tahan menjalani puasa semacam itu pun datang mengadu ke Rasulullah SAW.
Dari peristiwa itu, Allah kemudian menurunkan firman-Nya dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 187: "Alimallahu annakum kuntum takhtanuuna anfusakum fataaba alaikum wa afaa ankum fal-aana baasyiruuhunna."
Yang artinya: "Allah mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka." Sejak saat itulah maka kemudian puasa Ramadhan sudah mulai ditetapkan batasnya, yakni sejak terbitnya fajar dan bukan sesudah sholat Isya.
Selain itu, di malam hari umat Islam diperkenankan untuk makan dan minum, serta melakukan hubungan intim dengan pasangan sahnya.