REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berpuasa, bagi sekelompok penambang batu bara di Zenica, Bosnia, tentu tak mudah. Pekerjaan berat, ditambah harus berada 500 meter di bawah permukaan tanah, menjadi tantangan tersendiri.
Namun hal itu tak menyurutkan niat mereka berpuasa. “Bagi orang yang tidak mau menjalankan ibadah puasa selalu mudah mencari alasan. Kami bekerja keras, di sini panas, tapi kami ingin menjalankan puasa dan Allah memberi kami kekuatan untuk bertahan,” kata Salih Doglod, salah seorang penambang batu bara di Zenica.
Sebelum bekerja, para penambang sudah membawa bekal untuk berbuka. Di bawah tanah, mereka tak dapat melihat cahaya matahari. Untuk mengetahui waktu berbuka, mereka melihat jam dari ponsel cerdasnya.
Saat berbuka, meski situasinya cukup pengap, kehangatan tetap terjalin. Setiap penambang mengeluarkan takjil yang telah dibawanya, kemudian memakannya bersama-sama. Tak lama setelahnya, biasanya salah seorang penambang mengumandangkan azan.
Sholat berjamaah dilangsungkan, tapi dibagi dalam tiga kelompok. Tambang batu bara Bosnia, termasuk yang ada di Zenica, dirawat dengan buruk. Hampir tidak ada investasi dan modernisasi karena wilayah itu dilanda konflik etnis pada 1990-an.
Pada 2014, salah seorang penambang Fuad Hadzic selamat dari keruntuhan maut di tambang Zenica. Kala itu, beberapa terowongan tambang runtuh. Hadzic dan 33 penambang lainnya terjebak reruntuhan selama beberapa jam. Sebanyak lima penambang tewas dalam insiden tersebut.
Hadzic berharap insiden semacam itu tak terulang lagi. “Tapi orang-orang beriman di antara kita percaya bahwa Allah akan menyelamatkan kita, dan kita diselamatkan oleh Allah,” ucapnya.
“Kami mengucapkan semua doa yang kami tahu dengan lantang dan saling mengatakan untuk terus berdoa karena kami tahu hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan kami,” kenang Hadzic.
Hadzic menegaskan Allah melindunginya di saat-saat paling berbahaya dalam hidupnya. Ia merasa selalu diberi kekuatan untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh Islam. “Saya bekerja di tambang yang sama ini selama 30 tahun dan dengan pertolongan Tuhan saya selalu berpuasa selama Ramadhan. Saya sama sekali tidak merasa kesulitan,” ujar Hadzic.