REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama berbeda pendapat dalam hal apakah untuk mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar itu seseorang harus bangun sepanjang malam dan menghidupkannya dengan ibadah tanpa harus istirahat.
Ataukah bisa hanya dengan sholat isya dan subuh berjamaah, dengan sholat tarawih atau hanya bangun di sebagian malam untuk sholat tahajjud. Dalam masalah ini, Ustadz Ahmad Zarkasih mengatakan, rahmat Allah itu sangat luas.
Orang yang hanya menghidupkan sebagian kecil dari malamnya itu juga tentunya mendapat kemuliaan malam Lailatul Qadar. "Karena ia telah menghidupkan malamnya walau hanya sebentar," kata Ustadz Ahmad Zarkasih dalam bukunya Meraih Lailatul Qadr Haruskah Itikaf.
Tentu saja, pahala dan ganjaran yang didapat tidak sebanding dengan mereka yang menghidupkan semalaman penuh tanpa tertidur. Dan orang yang menghidupkan hanya sebagian kecil malamnya tentu saja merugi karena ia melewatkan kesempatan dan pahala ibadah yang sangat agung yang telah Allah siapkan di sepuluh terakhir Ramadhan ini.
"Terlebih lagi Nabi SAW telah mencontohkan, kalau beliau itu sangat serius beribadah ketika masuk sepuluh terakhir Ramadhan dan beritikaf sampai akhir ramadhan, yang keseriusannya itu tidak seperti di hari-hari lain," katanya.
Dalam sebuah hadits dari ‘Aisyah ra, ia berkata: "Nabi saw itu ketika masuk sepuluh terakhir, beliau kencangkan kainnya, beliau hidupkan malamnya dan beliau bangunkan keluargnya."(HR al-Bukhari).
Jadi, kata Ustaz Ahmad, semua kembali kepada diri sendiri dalam mehidupkan malam. Ibadah sepanjang malam atau hanya sholat isya dan subuh berjamaah saja semua ada dalilnya.
"Selanjutnya terserah Anda. Tinggal pilih model ibadah mana yang Anda inginkan," katanya.