Kiat Mendapatkan Lailatul Qadar

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani

Senin 03 May 2021 12:45 WIB

Ilustrasi Lailatul Qadar Foto: Republika/Kurnia Fakhrini Ilustrasi Lailatul Qadar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lailatul Qadar adalah malam yang sangat diberkahi selama bulan Ramadhan. Banyak orang yang berlomba-lomba beribadah untuk mendapat malam tersebut. Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustadz Ahmad Sarwat dalam bukunya berjudul Jaminan Mendapat Lailatul Qadar menjelaskan beberapa kiat yang bisa dilakukan agar mendapat malam Qadar.

Pertama, kejar di 30 malam, setiap hari selama bulan Ramadhan. Dijamin, pasti akan bertemu dengan malam yang lebih dari seribu bulan. Malam Qadar memang tidak bisa diketahui tanggalnya secara pasti. Namun, malam tersebut tidak akan pindah ke bulan lainnya.

Kedua, tidak harus begadang sepanjang malam untuk mendapatkan malam Qadar. Sebab, inti dari perintah Allah bukan untuk begadang melainkan untuk mendapatkannya meskipun di malam tersebut tidak sepenuhnya melakukan sholat malam terus-menerus.

Ada jenis ibadah yang dikerjakan sebentar tapi pahalanya seperti mengerjakan sepanjang malam. Ibadah itu adalah shalat tarawih berjamaah sampai selesai witir. Rasulullah bersabda:

ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻡَ ﻣَﻊَ ﺍْﻹِﻣَﺎﻡِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻨْﺼَﺮِﻑَ ﻛُﺘِﺐَ ﻟَﻪُ ﻗِﻴَﺎﻡُ ﻟَﻴْﻠَﺔ

“Barang siapa sholat malam bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) salat satu malam (penuh),” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmizy, Ibnu Majah).

Selain itu, isyarat Alquran juga tidak untuk sepanjang malam. Dalam Alquran, Allah berfirman tentang masyru’iyah sholat malam atau sholat tahajjud pada beberapa ayat berbeda. Misal, dalam surat al-Muzzammil ayat 1-3:

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلاَّ قَلِيلاً نِصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلاً

“Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk sholat) pada malam hari kecuali sedikit, yaitu setengahnya atau kurang dari itu sedikit.”

Ayat itu memperlihat qiyamullail tidak harus dilakukan sepanjang malam. Dalam ayat tersebut Allah memperintahkan untuk bangun sepanjang malam kecuali sedikit. Ini berarti, lebih banyak begadang daripada tidak begadang. Namun, Allah mengurangi ‘jatah’ begadang sehingga menjadi setengahnya saja bahkan kurang dari itu. Ini tercantum pada bagian akhir surat al-Muzzammil ayat 20:

اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran.”

Sebagian ulama mengartikan perintah “Bacalah apa yang mudah dari Alquran” bahwa dibolehkan atau dipersilakan untuk shalat yang tidak terlalu panjang dalam shalat malam. Artinya, umat tidak harus begadang sepanjang malam.

Cara terakhir untuk menggapai Lailatul Qadar adalah tidak disyaratkan harus dengan cara beri’tikaf di masjid. Walaupun tidak dinafikan beri’tikaf pahalanya sangat besar. Namun, ini keliru kalau Lailatul Qadar hanya didapat oleh mereka yang melakukan I’tikaf saja. Surat al-Qadr hanya bercerita tentang malam yang lebih baik dari 1.000 bulan dan sama sekali tidak terkait dengan urusan beri’tikaf di masjid. Maka kurang tepat kala meraih malam Qadar hanya dengan cara ber’itikaf saja.