REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Imam Ghazali Rahmatullah alaih mengemukakan, tujuan puasa adalah untuk menundukkan hawa nafsu dan menghancurkan godaan iblis. Lalu bagaimana hal itu dapat dicapai jika berbuka puasa dengan berlebihan dengan niat mengganti makanan yang telah hilang.
"Bila demikian halnya, berarti kita seolah-olah tidak berpuasa, namun hanya mengubah waktu makan," kata Imam Ghazali seperti dikutip Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Ramadhan.
Bahkan, kata Syekh Muhammad Zakariyya, pada bulan Ramadhan ini kita menambah aneka menu makanan yang tidak kita makan di luar bulan Ramadhan. Hal itu sudah menjadi kebiasaan orang-orang pada bulan Ramadhan menyiapkan bermacam-macam makanan dan makan sepuas-puasnya setelah lapar seharian.
"Akibatnya kita bukan mengurangi hawa nafsu sama tetapi justru meningkatkan hawa nafsu," katanya.
Hal itu kata Syekh Muhammad Zakariya jelas bertolak belakang dengan tujuan puasa. Manfaat puasa akan diperoleh dari rasa lapar, dan manfaat yang beras terbesar adalah menentukan kekuatan hawa nafsu.
Baginda Nabi Shollu Alaihi Wasallam bersabda "Setan mengalir di tubuh manusia dalam aliran darah, maka tutuplah jalannya dengan lapar," katanya.
Syekah Muhammad Zakariya menambahkan jika nafsu lemah, maka rohani akan menjadi kuat tsebaliknya, jika nafsu kuat, maka rohani akan menjadi lemah.