REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Syekh Ahmad Rofi Usmani dalam bukunya "Pesona Ibadah Nabi" menuliskan, suatu ketika, Rasulullah SAW bertemu dengan para sahabat di Masjid Nabawi, Madinah di permulaan Ramadan. Pertemuan itu dilangsungkan selepas sholat Ashar, karena bulan itu bulan Ramadhan yang biasanya di luar Ramadhan, pertemuan lebih banyak dilakukan setelah ba'da subuh.
Ketika mereka sedang asyik mendengar arahan beliau, tiba-tiba seorang pria muncul dengan wajah sangat sedih, bingung, dan salah tingkah. Selepas mengucapkan salam dan berbagi sapa dengan beliau, pria itu berkata pelan sambil tetap berdiri.
"Celaka aku wahai Rasulullah!"
"Kenapa? apa yang terjadi?" Tanya Rasulullah
"Aku bersetubuh dengan istriku pada siang hari wahai Rasul! Padahal, aku dan istriku sedang berpuasa." kata pria itu.
Wajahnya memerah dan kepalanya menunduk rendah menampakan dia sangat malu.
"Sahabatku!" Kata Rasulullah
"Bagaimana engkau ini? bukankah aku telah mengatakan, apabila sedang berpuasa, seseorang janganlah berkata keji, bersetubuh, dan jangan menghina orang lain." Mampukah engkau memerdekakan seorang budak sebagai kafarat atas tindakanmu itu?" ucap Rasulullah memberikan jalan keluar atas tindakan pria itu.
Baca juga : Kapan Waktu Wajib untuk Membuka Masker Saat Puasa?
"Itu di luar kemampuanku wahai Rasulullah?" Jawab pria tersebut dan wajahnya semakin memerah dan kepalanya semakin tunduk benar-benar sangat malu.
"Baiklah, kalau begitu, mampukah engkau berpuasa selama dua bulan berturut-turut? ucap beliau lebih lanjut
"Bagaimana aku mampu berpuasa selama dua bulan berturut-turut, wahai Rasulullah. Baru beberapa hari berpuasa saja sudah terjadi kejadian seperti in." jawab pria itu yang wajahnya semakin menampakan kebingungan dan terasa malu.
"Baiklah, ucap beliau sambil menatap tajam wajah pria yang berada di depannya. Kalau memang engkau tidak mampu melakukan kedua hal tadi, mampuhkan engkau memberi makan 60 orang miskin?"
"Tidak, wahai Rasulullah!" jawab pria itu.
Mendengar jawaban terakhir pria itu Rasulullah lantas memerintahkan seorang sahabat dari kalangan Anshar untuk mengambil sekarajang kurma. Segera saja sahabat itu mengambilnya dan menyerahkannya kepada beliau.
Beberapa saat kemudian, setelah menerima sekeranjang kurma, Rasulullah berkata kepada pria yang mengalami kecelakaan tersebut.
"Sahabatku? ambillah dan sedekahkan kurma ini." ucap beliau dengan sangat ramah meski menghadap orang yang bersalah.
"Ya Rasulullah disedekahkan kepada siapa?
"Kepada orang-orang yang lebih miskin ketimbang kami"
"Mafkanlah kami, wahai Rasulullah, demi zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, nampaknya di antara dua gunung madinah tak ada keluarga yang lebih memerlukan kurma ini ketimbang aku." kata pria itu dengan wajah yang bertambah merah pertanda itu sangat malu.
Baca juga : Bolehkah Tidur Bersama Istri Selama Ramadhan?
Mendengar jawaban yang demikian itu Rasulullah tak kuat menahan tawa hingga gigi serinya tampak. Kemudian beliau berkata kepada pria itu seraya tersenyum.
"Sahabatku, pergilah dan berikanlah kurma ini kepada keluargamu"
Pria itu pun memohon diri kepada Rasulullah dan kembali kepada keluarganya dengan memanggul sekaranjang buah kurma.