Oleh : Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar
REPUBLIKA.CO.ID, Dalam kitab-kitab tafsir dibedakan sifat-sifat rahmat Tuhan ke dalam dua bagian, yaitu rahmat rahmaniyyah dan rahmat rahimiyyah.
Yang pertama bersifat memberi rahmat kepada seluruh makhluk-Nya tanpa membedakan jenis dan tingkatan. Mulai dari benda-benda alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia tanpa dibedakan antara beriman atau kafir, semua mendapatkan rahmat rahmaniyyah sebagaimana dijelaskan di dalam ayat:
وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ ۚ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُ ۖ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۚ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman, "Siksa- Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayatayat Kami.'' (QS Al Araf [7]: 156).
Dari ayat ini dipahami bahwa rahmat rahmaniyyah melimpah kepada seluruh makhluk dan hamba-Nya tanpa dibedakan kafir atau beriman. Siapa pun yang berusaha untuk mendapatkan rahmat-Nya akan dipenuhi-Nya, sungguhpun orang itu kufur dan pendosa.
Baca juga : Ini Hukum Nafkah Suami Menurut Islam
Yang penting, mereka sudah memenuhi persyaratan universal, sudah berhak untuk mendapatkannya. Itulah sebabnya banyak kita jumpai orang-orang yang selayaknya mendapatkan azab, tetapi mendapatkan rezekinya.
Menurut kalangan mufasir, Ar Rahman menggambarkan makna generik kasih sayang Allah kepada siapa pun penghuni alam semesta ini, termasuk manusia tanpa dibedakan jenis kelamin, etnik, kewarganegaraan, dan agama.
Sedangkan, Ar Rahim lebih spesifik kepada hamba-Nya yang mukmin. Bisa juga ditafsirkan rahmat rahmaniyyah lebih banyak diberikan dalam waktu yang terbatas atau terukur, sedangkan rahmat rahimiyyah, lebih bersifat permanen, di dunia sampai di akhirat kelak.
Sifat Al Rahman adalah kasih sayang bersifat generik atau universal yang diberikan Allah SWT kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan, Ar Rahim adalah kasih sayang-Nya yang "spesial" dikhususkan kepada hamba-Nya yang khusus pula. Kelompok yang akan mendapatkan kasih sayang al-Rahim analoginya adalah mereka yang sudah melewati anak tangga pertama.
Orang-orang yang akan mendapatkan rahmat rahimiyyah Allah SWT ialah mereka yang sudah sampai ke maqam sosial dan spiritual yang lebih tinggi yang memang wajar untuk mendapatkannya.
Allah SWT memang Mahapengasih tetapi juga Mahaadil yang tentu tidak menyamakan antara orang-orang yang telah menempuh perjuangan panjang dan mahasulit dengan orang-orang yang tidak melakukan usaha apa pun.
Soal berapa lama hamba-Nya akan berada di dalam rahmat rahmaniyyah baru hijrah ke rahmat rahimiyyah, hanya Allah SWT Yang Mahatahu. Yang pasti bahwa penetapan Ar Rahman dan Ar Rahim sebagai induk nama-Nya (al-umm al-asma') yang diisyaratkan dengan pemberian nama itu menempel pada kata basmalah ditambah pengulangan penyebutannya begitu banyak, mengisyaratkan bahwa Allah SWT lebih menonjol sebagai Maha Pengasih dan Penyayang ketimbang sebagai Mahapenghukum dan Mahapendendam (Al Muntaqim).
Baca juga : Mualaf Aaron: Hidayah Datang Sebelum Mencoba Bunuh Diri
Kenyataan ini memberikan rasa optimisme kepada siapa pun hamba-Nya yang pernah melakukan kekeliruan dan kesalahan untuk segera kembali kepada- Nya.
Namun demikian, orang-orang yang mendapatkan rahmat rahmaniyyah berusaha menghindari dosa karena takut tersiksa di neraka. Sedangkan, orangorang yang mendapatkan rahmat rahimiyyah berusaha menghindari dosa karena takut tersiksa dengan rasa malu terhadap Allah Sang Mahapengasih dan Mahapenyayang.
Orang yang taubat lalu menjauhi dosa karena takut tersiksa dengan neraka biasa disebut inabah. Sedangkan, orang yang tobat lalu menjauhi dosa karena takut tersiksa dengan rasa malu kepada Tuhan biasa disebut istijabah. Orang yang istijabah lebih tersiksa rasa malu kepada Tuhannya ketimbang panasnya api neraka. Semoga kita mendapatkan rahmat rahimiyyah-Nya