REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Puasa Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi kaum Muslimin. Saat Ramadhan semua amalan dilipat gandakan pahalanya dan Allah SWT mengampuni segala dosa hamba-Nya yang berpuasa.
Mereka begitu bersemangat menyambut bulan penuh berkah tersebut karena itu, mereka selalu berupaya menjaga diri agar melaksanakan ibadah tersebut tepat waktu. Namun, kala pertama kali di wajibkan, batasan-batasan waktu ibadah puasa belum jelas dan ketidakjelasan waktu berpuasa tersebut berakhir dengan turunnya ayat dalam surah Al-Baqarah ayat 187.
"Dihalalkan bagi kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian pada malam hari bulan puasa. Mereka adalah pakaian bagi kalian dan kalian pun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kalian tidak bisa menahan nafsu kalian. Karena itu, Allah mengampuni kalian dan memberi maaf kepada kalian. Maka, kini campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kalian. Dan, makan minumlah hingga terang bagi kalian benang putih dari benang hitam."
Syekh Ahmad Rofi Usmani dalam bukunya "Pesona Ibadah" Begitu mengetahuinya ayat tersebut turun, Adi Ibn Hatim, seorang sahabat sbelum malam tiba, menyiapkan benang hitam dan benang putih, lalu meletakkannya di bawah bantal. Sepanjang malam, dia memandangi benang hitam dan benang putih yang berada di bawah bantal tersebut.
"Namun, dia gagal melihat perbedaannya. Hingga fajar terbit, dia tetap tidak bisa membedakan antara kedua benang tersebut," katanya.
Sementara itu, beberapa sahabat lain pada malam yang sama mengikat benang hitam dan benang putih pada kaki mereka kemudian mereka tetap makan hingga mereka bisa membedakan tersebut.
Keesokan harinya mereka pun menemui Rasulullah SAW untuk memberitahukan kepada beliau apa yang telah mereka lakukan. Mendengar penuturan mereka Rasulullah pun tertegun sejenak beliau terdiam diri dan kemudian bersabda.
"Sahabat-sahabatku, maksud benang hitam itu adalah gelapnya malam, sedangkan benang putih adalah terangnya." Tidak lama kemudian, turun sambungan ayat tersebu.
"Yaitu fajar. Kemudian sempurnakan lah puasa itu hingga datang malam, tetapi janganlah kalian campurin mereka, sementara kalian sedang beritikaf dalam masjid. Itulah keutamaan Allah. Karena itu, janganlah kalian mendekatinya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia supaya mereka bertaqwa. ( Al-Baqarah ayat 187).