REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama sepakat bahwa berbuka puasa disyariatkan ketika matahari terbenam, yang menandakan datangnya waktu Maghrib. Di sebagian masyarakat Indonesia, buka puasa menjadi bentuk tradisi tersendiri yang berbeda-beda gayanya di setiap daerah.
Ustadz Ahmad Sarwat Lc dalam buku Ramadhan Antara Syariat dan Tradisi terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan, secara umum berbuka puasa adalah ibadah yang disyariatkan dalam agama Islam. Namun jangan sampai buka puasa malah bertentangan dengan syariat Islam.
Ustadz Sarwat mengatakan, berbuka puasa tentu jelas-jelas memiliki landasan syariah berdasarkan hadits ini.
لََيََزالََالَناسََبَْرَيَمَاَعَجََلواَالفَطَْرََ َ
Dari Sahl bin Saad bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Umatku masih dalam kebaikan selama mendahulukan berbuka." (HR Bukhari dan Muslim)
Ustadz Sarwat menerangkan, kadang-kadang hal yang asalnya bersumber dari syariat Islam bisa berubah jadi bertentangan dengan syariat. Misalnya ketika bercampur dengan tradisi yang sesungguhnya malah bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar syariat.
Baca juga : Enam Adab Puasa yang Harus Dijalani
Ia memberi contoh yang mudah adalah berbuka puasa dengan memakan apa saja dalam jumlah sebanyak- banyaknya. Sehingga perut terisi penuh sesak sampai tidak bisa bernafas.
"Menghidangkan makanan yang terlalu banyak sehingga sampai jatuh pada sikap tabdzir dan israf, juga tidak dianjurkan dalam berbuka puasa," ujarnya.
Allah SWT tidak suka kepada orang-orang yang bersikap tabdzir, sebagaimana firman-Nya.
ولَتبذْرَ تْبذيًراَإنَ الْمبذرينَكانواَْإ ْخوانَالشياطينَوكانَالشْيطانَ لربهَكفورا َ ً
Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al-Isra' : 26-27)
Di ayat lain disebutkan bahwa Allah tidak suka kepada orang yang melakukan perbuatan israf.
ولَت ْسرفواَْإنهَلَيُبَ الْم ْسَرفينَ َ
Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-An'am: 141).
Baca juga : Apa Hakikat Berpuasa di Bulan Ramadhan? (Part 1)
Ustaz Sarwat mengatakan, karena esensi puasa itu adalah menahan diri dan mengekang hawa nafsu. Jangan sampai begitu waktu puasa habis, kemudian langsung saja mengumbar hawa nafsunya seenaknya.