REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Ramadhan merupakan bulan yang paling utama dan penuh keberkahan. Namun, tidak semua orang bisa meraih kemenangan meski mereka berpuasa di bulan Ramadhan.
‘’Inti dari berkah adalah bertambahnya kebaikan. Maka siapa yang menang di bulan Ramadhan adalah mereka yang bertambah kebaikannya,’’ ujar Ustaz Wijayanto, saat memberikan tausyiah dalam Majelis Bahagia Bersama Ramadhan, yang digelar secara virtual oleh Rumah Zakat dan Mitra Bukalapak, Rabu (14/4).
Ustaz Wijayanto mengatakan, seluruh amalan bisa dipamerkan kepada manusia, seperti contohnya solat, haji ataupun sedekah. Namun, berbeda dengan puasa, yang tidak bisa dipamerkan kepada manusia.
‘’Puasa itu hanya untuk Allah SWT. Tapi ada orang yang puasa, namun tidak berhasil puasanya. Mereka tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan haus,’’ tukas Ustaz Wijayanto.
Agar puasa bisa berhasil, lanjut Ustaz Wijayanto, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengoreksi niatnya. Semua amalan tergantung niatnya. Karenanya, puasa harus diniatkan karena keimanan kepada Allah SWT.
Setelah memperbaiki niat, maka berikutnya adalah melakukan puasa sesuai cara yang dicontohkan Rasulullah SWT. Selanjutnya, pemaknaan yang benar terhadap puasa karena inti puasa bukan hanya tidak makan, tidak minum dan tidak syahwat. Melainkan harus bisa memaknai pesan moral Ramadhan.
Menurut Ustaz Wijayanto, puasa Ramadhan harus mampu mempuasakan hati. Dalam arti, orang tersebut harus bisa menahan diri dari kemaksiatan dan menahan nafsu amarahnya.
‘’Puasa secara maknawi harus menambah kebaikan. Jadi mengukur puasa berhasil atau tidak itu saat keluar dari Ramadhan, Syawal atau tidak, meningkat atau tidak?,’’ cetus Ustaz Wijayanto.
Ustaz Wijayanto mengatakan, puasa ibaratnya seperti kepompong, untuk berproses dari ulat menjadi kupu-kupu yang indah. Seseorang berhasil dalam puasanya kalau orang tersebut berhasil hijrah.
‘’Puasa harus menghijrahkan kita menjadi kupu-kupu yang indah. Inilah kemenangan dari orang berpuasa,’’ tegas Ustaz Wijayanto.
Ustaz Wijayanto menyebutkan, dalam Surat At Taubah ayat 20 - 22 dijelaskan bahwa orang yang beriman, mau sungguh-sungguh untuk hijrah merubah dan memperbaiki dirinya, dari hal yang negatif ke hal yang positif.
Ustaz Wijayanto mengatakan, seseorang yang memiliki niat untuk memperbaiki diri, maka akan ditinggikan derajatnya di sisi Allah. Dengan berpuasa tidak makan, tidak minum, menahan amarah, meninggalkan larangan, mau bersedekah, maka orang seperti itu ditinggikan derajatnya di sisi Allah SWT dan akan mendapat kemenangan serta pahala yang besar.
‘’Puasa bukan hanya tidak makan dan tidak minum, tapi puasa yang berhasil adalah puasa yang membawa hijrah kepada Allah SWT,’’ tutur Ustaz Wijayanto.
Ustaz Wijayanto mengungkapkan, hijrah itu bukan hanya atribut tapi lebih pada attitude. Maka hijrah itu lahir batin dalam tiga hal, yakni penampilan (menutup aurat, jaga kebersihannya, sedap dipandang mata), perilaku/amalan harian (seperti cara makan, berdoa, cara bergaul, cara tidur dan lainnya) serta hijrah hati/keimanan dan ketakwaan kita.
Ustaz Wijayanto menjelaskan, bulan Ramadhan juga merupakan syahrul taubah. Dia menjelaskan, taubat berarti menyadari kesalahan, menyesalinya dan berjanji tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut.
Ustaz Wijayanto menambahkan, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk menghadirkan Allah SWT agar selalu dekat dengan seseorang. Di antaranya dengan berdoa saat hendak beraktivitas. Selain itu, melaksanakan berbagai ibadah seperti misalnya membaca Alquran, berzikir dan bersedekah.