REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebelum perintah puasa datang kepada Nabi Muhammad saw, perintah berpuasa juga diberikan pada ibunda Nabi Isa, Maryam. Puasa Maryam bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tapi juga tidak boleh berbicara kepada manusia.
Allah berfirman dalam surat Maryam ayat 26:
فَكُلِيْ وَاشْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًا ۚفَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا ۚ
“Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.”
Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustadz Ahmad Sarwat menjelaskan dalam bukunya berjudul Sejarah Puasa, karena Maryam tidak bisa berbicara kepada manusia saat tengah berpuasa, dia tidak menjawab semua pertanyaan orang-orang tentang siapa ayah dari putra yang dia gendong.
Maryam hanya menunjuk Nabi Isa lalu Nabi Isa yang masih bayi itu menjawab semua pertanyaan kaumnya. Itu dijelaskan dalam surat Maryam ayat 28-30:
يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ بَغِيًّا ۖ
فَاَشَارَتْ اِلَيْهِۗ قَالُوْا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِى الْمَهْدِ صَبِيًّا
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ
Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina. Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?\" Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.