Kamis 08 Apr 2021 06:53 WIB

Ramadhan Momentum Kemenangan Perang Badar Hingga Proklamasi

Ramadhan menjadi momentum ukiran banyak catatan sejarah

Bung Karno dan Bung Hatta pada peristiwa pembacaan teks proklamasi di hari Jumat, pukul 10.00 pagi, pada 17 Agustus 1945, di Jl Pegangsaan Timur, Jakarta.
Foto: Arsip nasional
Bung Karno dan Bung Hatta pada peristiwa pembacaan teks proklamasi di hari Jumat, pukul 10.00 pagi, pada 17 Agustus 1945, di Jl Pegangsaan Timur, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Proklamasi kemerdekaan, 9 Ramadhan 1364 Hijriah. Pada bulan puasa, rakyat Indonesia meraih kemerdekaannya. Cita-cita ini diraih dengan dibayar darah jutaan jiwa, bahkan sebelum Bung Karno lahir. Darah pasukan Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa bergolak, darah para mujahid perang sabil di Aceh, darah para Sultan, dan prajurit mulai Banten, Mataram, Ternate, Tidore, hingga Makassar.

Prosesi proklamasi jauh dari kesan mewah. Disusun di rumah sederhana Laksamana Tadeshi Maeda, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr Raden Achmad Soebardjo menghasilkan satu naskah bertulis tangan. Isinya tidak lebih dari dua kalimat. Teks itu menyatakan kemerdekaan dan perpindahan kekuasaan. Kesederhanaan juga lekat saat proklamasi dikumandangkan keesokan harinya. Lihatlah bendera merah putih yang hanya dibuat oleh tangan Ibu Fatmawati. Pengerek bendera yang merupakan mantan tentara Peta hingga pasukan alakadarnya sebagai pengamanan peristiwa bersejarah itu.

Ramadhan pun menjadi momentum keberhasilan upaya bangsa ini baik dengan koperasi ataupun nonkoperasi untuk meraih kemerdekaan. Upaya ini tidak lepas dengan campur tangan Allah SWT yang telah menyutradarai dinamika di dunia ketika itu sehingga Jepang pun harus bertekuk lutut. Tak heran, jika dalam naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, ada kalimat pada alinea ketiga. "Atas berkat rahmat Allah SWT dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur."

Begitulah Ramadhan menjadi momentum ukiran banyak catatan sejarah. Kita juga mengenang Perang Badar yang juga terjadi pada si penghulu bulan itu. Di tengah puasa, sekira 308 prajurit Muslimin berangkat ke medan perang. Mereka hendak berhadapan dengan seribuan pasukan Quraisy yang berangkat dari Makkah. Pada Jumat pagi, 17 Ramadhan, mereka berhadap-hadapan. Pasukan yang begitu besar tampak siap menerjang kaum Muslimin.

Dalam kekhawatiran, Nabi SAW pun berdoa. "Allahumma ya Allah. Ini Quraisy sekarang datang dengan segala kecongkakannya, berusaha hendak mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, pertolongan-Mu juga yang Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan ini sekarang binasa, tidak ada lagi ibadah kepada-Mu." Sejarah pun mencatat, pasukan kecil Muslimin berhasil memenangkan pertempuran tersebut. Perang pertama ini pun menjadi bukti kasih sayang Allah SWT kepada Nabi.

Baca juga : Apakah Muhammad SAW Pernah Memakan Persembahan Berhala?

"Sebenarnya, bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah juga yang telah membunuh mereka. Juga ketika kau lemparkan, sebenarnya bukan engkau yang melakukan itu, melainkan Tuhan juga." (QS al-Anfal: 17).

Kemenangan fisik yang beberapa di antaranya diraih pada proklamasi kemerdekaan dan perang badar hanya merupakan sedikit jejak rahmat Allah dalam Ramadhan. Sulit dicerna dengan akal sehat ketika segelintir pasukan Muslimin berhasil memenangkan pertempuran badar.

Susah juga diprediksi manakala kemerdekaan Republik Indonesia yang direncanakan oleh para founding fathers ternyata bisa datang lebih cepat saat Jepang berhasil ditaklukkan Amerika Serikat. Sejarah mencatat, Jepang malah akan mengkhianati janji untuk memerdekakan Indonesia karena akan kembali menyerahkan Indonesia kepada sekutu. Bila saja proklamasi itu tidak berhasil dikumandangkan, kemerdekaan bisa jadi datang lebih lama.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement