REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Asosiasi Bisnis Masjid India (MIBA) menentang rencana pemerintah mengizinkan bazar Ramadhan dibuka pada Hari Raya tahun ini. Asosiasi ini merupakan sebuah grup yang mewakili pengusaha pengecer batu bata dan mortir di sekitar pusat perbelanjaan Masjid India Road yang ramai.
Presiden MIBA, Datuk Ameer Ali Mydin, mengatakan pasar Ramadhan adalah jalan menuju bencana. Ia memperingatkan potensi buruk pada bisnis di daerah tersebut apabila penguncian lain diberlakukan, jika kluster Covid-19 lain muncul di sana.
"Kami belum pulih dari dampak pandemi yang menghancurkan. Kami tidak sanggup melakukan kuncian lagi, seperti perintah kontrol gerakan (CMO) yang ditingkatkan tahun lalu dan berlangsung selama tiga minggu," katanya dikutip di Malay Mail, Rabu (24/3).
Datuk Ameer lantas menyebut, bahkan ketika perintah tersebut dicabut, pengunjung pada umumnya tetap menjauh dari pusat keramaian selama berbulan-bulan.
Distrik perbelanjaan Jalan Masjid India, yang populer dengan kelas pekerja Klang Valley, ditutup total pada April tahun lalu. Hal ini dilakukan setelah sekelompok besar orang ditemukan berada di sebuah pemukiman padat dan sebagian besar ditempati oleh pekerja asing.
Ameer menyebut sejauh ini pengusaha dan bisnis melihat terjadi penurunan keuntungan hingga 80 persen sebagai akibat dari penutupan atau kuncian. Presiden MIBA ini lantas memperingatkan jika terjadi penguncian lagi, akan sangat merugikan pekerja.
"Pihak berwenang harus mempertimbangkan dengan hati-hati keputusan mereka. Bisnis di daerah itu, meskipun sudah mapan, tidak mampu melakukan kuncian lagi," kata dia.
Ribuan pekerja disebut bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan yang ada. Sementara, rata-rata perusahaan ini mengalami penurunan 80 persen dalam bisnis dari sebelum Covid-19.
Awal bulan ini, Menteri Senior Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob, mengatakan pasar Ramadhan dan Hari Raya di seluruh negeri akan diizinkan. Tetapi, pelaksanaannya tunduk pada prosedur operasi yang ketat.
Pengumuman tersebut mendapat reaksi beragam dari kelompok kepentingan dan pakar kesehatan masyarakat. Beberapa orang memuji keputusan itu karena dinilai baik untuk bisnis.
Di sisi yang lain, banyak masyarakat merasa akan ada risiko lebih banyak wabah yang menyebar. Ini mengingat bazaar akan menarik banyak orang pada saat tingkat kasus Covid-19 harian belum stabil.
Kasus positif harian Malaysia, meski secara nyata berkurang dari puncaknya di lebih dari 5.000 kasus bulan lalu, tetap berada di atas 1.000 dalam beberapa minggu terakhir.