Puasa Syawal Solusi Menyesuaikan Pencernaan Setelah Ramadhan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Fakhruddin

Selasa 26 May 2020 04:10 WIB

ilustrasi puasa syawal Foto: republika/mgrol101 ilustrasi puasa syawal

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mengkonsumsi makanan yang biasanya tiga kali sehari saat kondisi normal kemudian dibatasi menjadi dua kali per hari saat puasa Ramadhan dan kemudian kembali lagi normal saat Lebaran dan setelah Idul Fitri bisa menjadi masalah baru. Ini membuat pencernaan membutuhkan penyesuaian, karena itu menjalani puasa sunah syawal bisa menjadi solusi.

Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Ari Fahrial Syam menjelaskan, biasanya masyarakat mengkonsumsi makanan tiga kali sehari sebelum berpuasa, kemudian saat menjalankan puasa ramadhan dibatasi menjadi dua kali per hari.

"Kemudian saat lebaran dan setelah itu kan kita kembali makan tiga kali dalam sehari. Sebenarnya Islam sudah memberikan solusi yaitu puasa syawal," ujarnya saat webinar di akun instagramnya @dokterari, Senin (25/5) malam.

Ia menjelaskan, meski kaum Muslim bisa bebas makan dua hari lebaran kemudian bisa menjalankan puasa syawal supaya pencernaan menyesuaikan dengan keadaan. Ini untuk mengatasi pencernaan yang 'kaget' karena awalnya biasa berpuasa penuh selama 30 hari kemudian saat lebaran tiba-tiba kembali makan normal dan bisa tidak terkontrol.

Padahal, dia melanjutkan, umumnya masyarakat yang telah berpuasa Ramadhan berhasil mengatur asupan makan bahkan mengalami penurunan berat badan (BB). Ia menyebutkan rata-rata BB orang yang berpuasa bisa turun antara 2,5 persen hingga 5 persen. Jadi, ia meminta seharusnya BB yang berhasil turun ini dipertahankan. Caranya dengan mengurangi karbohidrat, baik nasi atau lauk. Artinya gizi tetap seimbang tetapi karbohidrat dikurangi.

"Salah satu caranya ya dengan kembali menjalankan puasa syawal," kata pria yang juga dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu.

Selain itu, ia meminta asupan makanan juga harus diperhatikan termasuk dengan kembali menjalani puasa Syawal karena jika asupan tidak terkontrol usai Lebaran, kondisi ini bisa memperburuk keadaan jika terinfeksi virus SARS-CoV2 (Covid-19). Ia mengutip analisis yang dilakukan lembaganya ternyata seseorang yang kegemukan itu terinfeksi Covid-19 kemudian mengalami kondisi lebih buruk.

Selain itu, ia menegaskan kembali mengontrol asupan makanan penting dilakukan karena jika gagal maka kolestrol di tubuh bisa meningkat. Karena itu, ia meminta kolestrol jahat LDL yang berhasil bisa dikontrol selama puasa ramadhan bisa dipertahankan dengan kembali menjalankan puasa syawal. 

"Selain itu makanan gorengan atau yang berlemak bisa dikurangi. Karena kolestrol LDL berhubungan dengan jantung," ujarnya.