REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN – Perayaan Idul Fitri di negara bagian Michigan, Amerika Serikat akan sangat berbeda tahun ini.
Ketua Dewan Komunitas Muslim Michigan, Mahmoud Al Hadidi, mengatakan pada perayaan Idul Fitri tahun ini tak ada pelaksanaan sholat Id berjamaah di masjid-masjid, tak ada sarapan bersama, dan tidak ada karnaval dan pesta pada malam lebaran. Bahkan menurutnya pertemuan keluarga pun terbatas.
"Biasanya kami mengadakan pesta besar di rumah saya dengan 400 sampai 500 orang. Saya tak akan melakukannya tahun ini, saya akan bersama keluarga dekat, dan kita tinggal di rumah," kata Al Hadidi seperti dilansir Aljazirah pada Sabtu (23/5).
Meski demikian, pembatasan pertemuan sosial yang diberlakukan untuk menahan penyebaran virus corona yang diperkirakan akan berlangsung sampai 28 Mei tak mengurangi semangat Muslim Michigan menyambut libruan hari raya.
Seperti di Michigan Tenggara, rumah bagi komunitas Muslim terbesar di Amerika Serikat yang menemukan cara-cara inovatif untuk menyambut liburan selama tiga hari dalam rangka perayaan Idul Fitri. Mereka siap menikmati liburan sambil tetap berpegang pada langkah-langkah pencegahan.
"Kami berkeinginan merayakan dan bahagia terlepas dari semua keadaan, kami akan beradaptasi," kata Al Hadidi.
Dia berharap umat Islam bisa mendengarkan khutbah Idul Fitri yang akan ditayangkan di televisi lokal dan media sosial pada Ahad pagi. Pada hari libur lebaran, rencananya mobil bisa parkir di luar lingkungan sejumlah masjid untuk menikmati pertunjukan musik langsung dan menerima hadiah tas untuk anak-anak dalam acara berkendara pertama kali.
Seperti kebanyakan Muslim di seluruh dunia, umat muslim Michigan Tenggara yang berjumlah lebih dari 250 ribu orang merayakan Idul Fitri secara tradisional dengan mengunjungi teman dan kerabat di rumah mereka atau menghadiri pertemuan besar di mana orang-orang akan bersosialisasi dan makan bersama.
"Biasanya kami pergi ke masjid untuk sholat dan sarapan, pada malam hari kami pergi makan. Kami menghabiskan sebagian besar hari di luar rumah," kata Lama Samman Nasry.
Samman Nasry adalah seorang warga di Franklin, pinggiran kota Detroit. Ia adalah ibu dari empat anak yang berkerja sebagai manajer sebuah klinik perawatan darurat. Nasry mengatakan dirinya akan menjadi salah satu dari puluhan relawan yang membagikan Hadian dan malaman pada momentum lebaran itu.
Ia berharap itu bisa membantu memberikan sedikit suka cita. "Ini akan menjadi perayaan yang lebih tenang . Ini pasti menjadi perayaan yang berbeda, pastinya," katanya.
Michigan sendiri menjadi salah satu negara yang paling terpukul selama pandemi Covid-19. Ada lebih dari 53 ribu kasus dengan 5 ribu kematian. Menurut statistik Universitas Johns Hopkins itu menjadi angka kematian tertinggi ke empat di negara itu.
Pemerintah juga memberlakukan instruksi untuk tinggal di rumah secara ketat. Hal itu mendorong kelompok-kelompok kecil berunjuk rasa. Beberapa pengunjuk rasa bahkan membawa senjata untuk berdemonstrasi di ibukota negara bagian itu.
Sementara pada Kamis (21/5), Gubernur Michigan, Gretchen Whitmer, mengumumkan langkah untuk membuka kembali perekonomian dan menyampaikan untuk memulai kembali sejumlah bisnis yang memungkinkan, serta sejumlah pertemuan sosial.
"Kami sudah mengambil langkah-langkah penting ke depan untuk melibatkan kembali perekonomian dengan aman dan bertanggungjawab selama beberapa pekan terakhir. Sekarang kami ingin memastikan bahwa langkah baru ini berhasil," kata Whitmer dalam konferensi persnya.
Sementara itu Presiden Donald Trump pada Jumat (22/5) mengatakan rumah ibadah menjadi penting dan meminta para gubernur untuk mengizinkan membuka kembali pada akhir pekan meskipun ada ancaman penyebaran virus corona.
"Ini tempat-tempat yang menyatukan masyarakat kita, menyatukan rakyat kita. Orang-orang menuntut pergi ke gereja, Sinagog, ke masjid," kata Trump dalam konferensi di Gedung Putih.
Trump mengatakan bila gubernur tidak mematuhi permintaan maka akan diberikan sanksi. Sementara itu seorang dokter, Firas Bazerbashi mengatakan sebagian besar penduduk Michigan menyadari risiko kesehatan.
Mereka pun akan melepaskan perayaan komunitas adat termasuk Idul Fitri. Ia mengatakan setelah beberapa pekan dikarantina, masyarakat telah belajar untuk membuat kunjungan keluarga beralih menggunakan telepon video seperti Zoom.
"Ini akan sangat berbeda, sangat sulit untuk isolasi dari keluarga dan teman-teman serta terputus dari komunitas. Kami siap secara mental untuk Idul Fitri di tengah covid-19, tapi itu masih banyak tantangan," katanya.