REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Pelaksanaan Tradisi Tapur di Desa Tengahtengah, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, Sabtu (23/5) dilakukan tanpa pawai hadrat dan bertakbir keliling kampung. Hal ini dilakukan untuk menghindari warga ramai-ramai berkumpul di jalan dan tidak menjaga jarak sosial di masa pandemi virus corona (COVID-19).
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Tradisi Tapur di Desa Tengahtengah yang rutin dilaksanakan setiap perayaan Idul Fitri tampak tak semeriah biasanya. Tradisi Tapur melekat dengan budaya berbagi suka cita dengan "memberi makan negeri".
Kali ini, tradisi dilangsungkan tanpa adanya takbir dan hadrat keliling kampung. Biasanya, tradisi ini dilakukan dengan membawa belasan nampan raksasa berisi beragam penganan dan minuman, sebelum dihantarkan ke masjid setempat.
Dimulai sekitar pukul 14.00 WIT, usai pelaksanaan shalat Dhuhur, tradisi tapur dilaksanakan seadanya tanpa pawai dan keramaian yang berlebihan. Belasan nampan berukuran antara tiga hingga enam meter yang dibuat dari pelepah daun sagu atau bambu disusun rapi dan dihiasi langsung dibawa ke Masjid An-Nikmah.
Nampan-nampan tersebut berisi penganan dan minuman yang dikumpulkan dari para saniri (lembaga adat), perwakilan soa dan mata rumah (kelompok marga dalam strata masyarakat adat Maluku) untuk dibagikan kepada warga usai pelaksanaan shalat Isya malam ini.
Tapur adalah bahasa tradisional Desa Tengahtengah untuk menyebut nampan, atau baki yang digunakan membawa makanan dan minuman. Pelaksanaan tradisi tapur di Desa Tengahtengah biasanya selalu ramai. Tradisi itu tidak hanya warga setempat yang merayakannya. Warga dari desa-desa tetangga juga datang untuk menyaksikan acara tersebut.
Tradisi ini melibatkan saudara pela dan gandong (sistem kekerabatan antar beberapa kampung yang umumnya berbeda keyakinan) Desa Tengahtengah, yakni Desa Abubu, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, dan Desa Hatusua, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Selain itu juga, keluarga-keluarga bermarga Lewaherilla dari Desa Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon yang mayoritas beragama Kristen.
Mereka selalu rutin hadir dalam pelaksanaan tradisi tapur. Di masa lalu mereka bahkan rela mendayung perahu dari kampungnya untuk bisa datang berbagi suka cita di Desa Tengahtengah.