REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Mesir mengundang seniornya Ustaz Abdul Somad dalam tausiyah virtual, Selasa (19/5) pukul 10.00 waktu Kairo Mesir dan pukul 15.00 waktu Indonesia. Pada acara Nadwah Diniyah, Ustaz Abdul Somad diminta menyampaikan tausiyah seputar "Malam Lailatul Qadar" malam di mana pahala ibadah dilipat gandakan.
Sebelum menyampaikan tausiyahnya, Ustaz Abdul Somad menyampaikan kerinduannya yang mendalam kepada lembaga pendidikan Islam Al-Azahar Kairo Mesir. Menurut dia semua alumni jika mengingat masa-masa belajar di Al-Azhar akan membuat mata berkaca-kaca.
"Mesir menjadi kenangan sendiri sehingga berharap anak cucu kita mudah-mudahan bisa melanjutkan pendidikan di Mesir," katanya.
Untuk itu beruntunglah bagi putra-putri Indonesia yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT menimbah ilmu di universitas tertua di dunia itu. Tentunya tidak mudah dapat menimba ilmu di sana.
"Selamat untuk adik-adik semua," katanya.
Ustaz Abdul Somad mengatakan, saat ini Ramadhan tinggal empat hari lagi. Untuk itu maksimalkan sisa waktu Ramadhan ini dengan amalan-amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Salah satunya ibadah yang populer di lakukan Rasulullah adalah itikaf.
Tahun ini kata dai yang akrab dipanggil UAS, karena situasi pandemi Covid-19, itikaf di masjid tidak dapat dijalankankan secara penuh di masjid-majid. Saat pandemi ini mewajibkan semua umat Islam di seluruh dunia termasuk Mesir dan Indonesia shalat di rumah masing-masing. Padahal, itikaf sesuai sunnah Rasulullah SAW adalah itikaf di masjid.
Sebelum menyampaikan tausiyahnya, UAS mengenang saat masa-masa menuntut ilmu di Mesir. Kata UAS, ketika masuk 10 hari Ramadhan masyarakat Mesir benar-benar memanfaatkan sisa waktu Ramadhan untuk ibadah.
Untuk memaksimalkan itu masyarakat Mesir membuat tenda-tenda kecil di sekitar masjid. Hal ini berbeda dengan masyarakat lainnya di negara-negara dunia termasuk Indonesia.
"Masyarakatnya itu memang betul-betul membuat kemah-kemah kecil, pakai tirai-tirai dial masjid-masjid. Mereka itikaf memang betul-betul itikaf, tidak keluar masjid,, katanya.
Menurut dia hal itu berbeda dengan itikaf kita orang Indonesia, itikafnya bisa keluar masuk masjid yang ia istilahkan itikaf kalong. Meski ada beberapa masjid yang memfasilitasi itikaf semalaman baru bisa keluar pada paginya.
"Kalau di Mesir tidak, memang betul-betul itikaf. Masuk malam 21 keluarnya malam 29 atau 30," katanya.
Akan tetapi katanya, paling tidak apa yang sudah kita lakukan mudah-mudah bisa dicatat Allah SWT sebagai usaha mendapatkan kemulian di malam 10 terakhir di bulan Ramadhan. Menurutnya, jika kita tidak bisa mengisi waktu 10 hari terakhir Ramadhan ini semuanya dengan ibadah, maka jangan tinggalkan semuanya.
Pada saat pendemi Covid-19 ini kata dia, kita tidak bisa ke masjid tapi ada alternatif paling tidak itikaf di Al-Bait (rumah) sesuai pilihan pendapat terendah di antara tiga pendapat yaitu pendapat Imam Abu Hanifah dan mazhab Hanafi tentang membolehkan perempuan itikaf di mushola atau al-bait. Pendapat itu bisa dikerjakan bagi yang setuju bagi yang tetap berpendapat hanya di masjid atau mesjid jami saja maka niatnya Insya Allah dicatat sebagai amal baik.
"Karena Iinnamal a'malu binniyat wa innama likullimriin ma," katanya.