REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ada banyak pasar di Kota Gaza, kota paling kuno di Jalur Gaza. Dari sekian banyak pasar, Pasar Zawiya menjadi yang paling bersejarah di mana ribuan penduduk memilihnya sebagai tempat berbelanja. Kota ini sendiri didirikan ratusan tahun yang lalu di bagian selatan distrik Daraj, menyimpan sejarah yang bahagia dan sedih.
Kubah bersejarah dari toko-toko dan aroma otentik dari masa lalu menyapa pengunjung ketika mereka tiba di pintu masuk barat atau "Alun-alun" pasar Zawiya. Pasar tetap konservatif dan bersejarah. Meskipun urbanisme modern telah menduduki beberapa pasar, para pedagang tetap berjejer di kedua sisi jalan, dipisahkan oleh lorong tua.
Di sebelah kanan dijajakkan beberapa permen, permen berwarna, almond dan kacang pistachio untuk dijual. Tidak jauh, ada acar lezat yang berlimpah selama Ramadhan. Toko-toko itu dibangun dari batu kuning kuno, menurut seorang peneliti arkeologi, Saleem Almubaid.
Al-Mubaid mengatakan, pasar ini berasal dari abad ke-14. Itu dibangun sejajar dengan dinding selatan Masjid Al-Omari, menurut arsitektur komersial Islam saat itu. Selain itu juga ada anting-anting, cincin berlapis emas, dan perak murni di Qaysariya, "pasar emas", di salah satu sudut Pasar Zawiya.
Pasar Zawiya sangat penting di bulan Ramadhan, menjadi tujuan utama orang berbuka puasa. Ramai tetapi tidak semua orang membeli. Penduduk Kota Gaza datang untuk menikmati suasana pasar dari generasi ke generasi.
"Kakek saya membangun toko ini di era Ottoman dan saya mewarisinya dari ayah yang mengajari saya wewangian dan menyiapkan ramuan dan campuran medis," kata Fayez Zainuddin (82 tahun), dilansir dari Arabnews, Sabtu (16/5).
Zainuddin tertarik untuk mengembangkan profesi wewangian di toko kecilnya melalui membaca buku dan bereksperimen. Dia berhasil membuat campuran herbal untuk menyembuhkan penyakit.
Abu Mahmud Bulbul (66) yang mewarisi sebuah toko yang menjual jamu dari ayahnya, mengatakan bahwa pasar ini mewakili pijakan hidupnya. Dia memiliki banyak tawaran untuk menjual tokonya tetapi menolak semuanya. "Di setiap sudut toko kecil ini aku memiliki ingatan yang tak ternilai," katanya.
Abu Mahmoud mengatakan, setiap hari dia berjalan dari dan menuju pasar. Ini memberinya kemampuan untuk melawan kebosanan. Ketika Abu Mahmoud bicara, seorang pembeli menyela memintanya menimbang setengah kilo sage. Orang-orang Palestina secara tradisional menggunakan ramuan itu dalam teh untuk rasanya dan untuk mengobati rasa sakit.
Ali Sbeih (31 tahun) menuturkan, ia dan teman-temannya biasa pergi ke Pasar Zawiya setiap hari selama satu atau dua jam sebelum berbuka puasa. Waktu berlalu dengan cepat di lorong-lorong pasar dan di situs-situs arkeologi di sana. Terlepas dari pasar baru yang dibangun di lingkungan Kota Gaza, banyak orang seperti Ali lebih memilih Pasar Zawiya karena vitalitasnya.