Negara Arab Menghadapi Perayaan Idul Fitri

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil

Kamis 14 May 2020 14:11 WIB

Negara Arab Menghadapi Perayaan Idul Fitri . Foto: Idul Fitri Ilustrasi Foto: Republika/Wihdan Negara Arab Menghadapi Perayaan Idul Fitri . Foto: Idul Fitri Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Meski pandemi covid-19 telah menunjukan adanya tanda-tanda pelambatan di beberapa negara Arab, namun itu nampaknya akan tetap membuat jutaan umat muslim tidak bisa merayakan Idul Fitri dengan meriah di tengah kekhawatiran gelombang infeksi corona. Beberapa negara memang telah mengumumkan sejumlah langkah tegas menjelang perayaan hari besar Islam yang biasanya diawali dengan sholat Ied berjamaah dan berlanjut dengan pertemuan keluarga serta jamuan makan hingga berkunjung ke kerabat dan teman di hari berikutnya.

Seperti dilansir The Arab Weekly pada Kamis (14/5), untuk mempertahankan pedoman jarak sosial, beberapa negara seperti Arab Saudi, Lebanon, Yordania dan negara-negara Arab lainnya telah mengumumkan jam malam penuh dengan tujuan untuk memutus penyebaran covid-19.

Baca Juga

Arab Saudi misalnya, pemerintah Arab Saudi melalui Kementerian dalam Negeri Arab Saudi telah mengumumkan  pemberlakuan jam malam 24 jam secara nasional sepanjang periode libur perayaan hari raya Idul Fitri selama lima hari.  Jam malam itu akan berlaku 23-27 Mei.

Sementara hingga kini perusahaan komersial dan bisnis tetap beroperasi, dan warga pun bisa bergerak bebas antara jam 9 pagi hingga jam 5 sore waktu setempat. Terkecuali di kota suci Makkah yang masih berada di bawah jam malam penuh. Sebelumnya Arab Saudi juga telah memberlakukan jam malam 24 jam di sebagian kota besar.

Namun demikian otoritas Arab Saudi memberikan kemudahan bagi warga ketika memulai Ramadhan. Meski demikian Arab Saudi juga belum memutuskan melonggarkan sejumlah kebijakan karantina penuh di beberapa wilayah yang tingkat infeksinya tinggi.

Sejauh ini Kerajaan Arab Saudi telah mencatat ada sebanauk 42.925 kasus covid-19 dengan 264 kematian. Jumlah itu menjadi yang tertinggi di antara dewan kerjasama teluk (GCC). Namun secara keseluruhan dari enam anggota GCC tercatat kasus Corona mencapai 107.000 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 582 kematian.

Kebijakan yang diambil pemerintah Arab Saudi mirip dengan pemerintah Yordania. Pada Selasa, Menteri negara Yordania untuk urusan media, Amjad Adaileh mengatakan bahwa untuk sektor komersial tak diizinkan bekerja pada hari pertama perayaan Idul Fitri. Adaileh mengatakan ini karena akan ada pemberlakuan jam malam penuh seperti yang diterapkan setiap Jumat. Hanya petugas kesehatan dan petugas yang bekerja di sektor vital serta yang memiliki izin bisa bergerak antar wilayah.

Sementara di Lebanon situasinya nampak lebih suram. Pemerintah Lebanon menetapkan penutupan atau lockdown kembali secata nasional selama empat hari sejak 13 Mei. Ini menyusul terjadinya lonjakan kasus infeksi virus corona. Alhasil, pemerintah Lebanon meminta masyarakat untuk tetap tinggal di rumah dari 13-18 Mei. Selain itu pemerintah Lebanon juga mengembalikan sejumlah kebijakan pembatasan yang sebelumnya dihapus.

Kondisi ini terjadi saat Lebanon berjuang menstabilkan masalah ekonomi dan kesehatan yang meningkat dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meski begitu sejauh ini Lebanon mampu menahan pandemi covid-19, negara itu hanya tercatat ada sebanyak 870 kasus covid-19 dengan 26 kematian pasca menerapkan lockdown secara ketat sejak awal dan menerapkan pembatasan pergerakan pada warganya. Namun pemerintah dan petugas medis masih mengritik perilaku ceroboh warganya yang juga kurang memperhatikan jaga jarak sosial dalam beberapa hari terakhir.

Sementara Uni Emirat Arab tengah menawarkan uji virus corona gratis bagi setiap warga. Orang asing yang memiliki gejala terinfeksi virus corona, wanita hamil, warga yang berusia di atas 50 tahun serta warga yang mengalami kontak dengan warga lainnya yang sakit karena covid-19 juga termasuk diantara warga yang bisa memperoleh uji kesehatan gratis yang akan dimulai pekan depan. Sedangkan sejumlah pantai pribadi dan perhotelan mulai dibuka kembali di Dubai meski jumlah kasus dan kematian terus mengalami peningkatan di negara itu.

Sementara di Teheran, masjid-masjid dibuka lagi sejak 12 Mei khusus untuk ibadah di bulan suci setelah ditutup selama hampir dua bulan. Bahkan sebuah masjid di kampus Universitas Tehran yang berada di pusat kota juga menyelenggarakan peringatan malam Lailatul Qadar yang menjadi khusus bagi umat Islam. Otoritas Iran sebelumnya menutup semua masjid dan situs suci di negara itu pada pertengahan Maret saat infeksi virus corona berada dipuncaknya. Virus corona telah menginfeksi 110 ribu orang dengan 6700 orang meninggal dunia.