REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua umum Pengurus Besar Pemuda Al-Irsyad Ustaz Fahmi Bahreisy, Lc mengatakan, Ramadhan merupakan bulan penuh dengan berbagai macam keistimewaan dan keutamaan. Allah telah memberikan berbagai macam fasilitas yang istimewa pada bulan tersebut bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
"Terlebih lagi jika sudah memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan tersebut, di mmana di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan yang dinamakan dengan lailatul qadar," katanya saat berbincang dengan Republika, Selasa (5/5).
Oleh karena itu, Ustaz Fahmi mengajak setiap muslim bisa memanfaatkan hari-hari tersebut semaksimal mungkin. Ustaz Fahmi memastikan, tidak ada teladan yang paling baik bagi kita selain dari Rasulullah SAW dalam mengisi Ramadhan terutama di 10 terakhir.
Seperti apakah Rasulullah SAW menghabiskan 10 hari terakhirnya di bulan suci Ramadhan? Ustaz Fahmi menyampaikan, seperti diriwayat Aisyah menceritakan kepada kita bagaimana Rasulullah saw menghabiskan 10 hari terakhir tersebut “Nabi SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir ‘mengencangkan gamisnya’, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR al-Bukhari).
Ustaz, Fahmi menerangkan, Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari menjelaskan bahwa yang dimaksud "mengencangkan gamisnya" adalah memisahkan diri dari istri-istri beliau.
Ini adalah sebuah isyarat betapa beliau sangat serius dan sungguh-sungguh menyikapi hari-hari tersebut. Dan kesungguhan itu beliau tunjukkan dengan ibadah yang maksimal sebagaimana riwayat lain dari Aisyah, "Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau juga beri'tikaf setelah beliau wafat.” (HR Bukhari).
Bahkan tidak hanya itu, kata Ustaz Fahmi, dalam riwayat di atas beliau juga ikut mengajak keluarganya untuk memaksimalkan hari-hari istiemwa tersebut dengan ibadah. Hadits-hadits di atas menunjukkan keutamaan beramal sholih di 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan.
"Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan punya keistimewaan dalam ibadah dari hari-hari lainnya di bulan Ramadhan," katanya.
Ibadah yang dimaksudkan di sini mencakup shalat, dzikir, dan tilawah Alquran. Sebagaimana Rasulullah juga menunjukkan anjuran untuk membangunkan keluarga yaitu para istri supaya mendorong mereka melakukan shalat malam.
"Lebih-lebih lagi di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan," katanya.
Oleh karena itu, para sahabat, tabi'in dan salafus shaleh berusaha untuk mengikuti jejak dari Rasulullah. Bahkan kata Ustaz Fahmi dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa para sahabat seakan-akan tidak saling mengenal di antara mereka dikarenakan keseriusan dan kekhusyukan mereka dalam beribadah.
Seorang ulama salaf, Sufyan ats-Tsauri berkata, “Aku sangat suka pada diriku jika memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan untuk bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam hari dengan ibadah, lalu membangunkan keluarga untuk shalat jika mereka mampu.”
Maka itu, jika kita ingin menjadi orang-orang yang sukses di bulan suci Ramadhan ini, dan dapat meraih lailatul qadar, maka tidak ada cara selain mengikuti jejak mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah syair arab. "Berusahalah untuk menyerupai kaum (yang shaleh) walaupun engkau tidak sama persis dengan mereka. Sebab dengan menyerupai mereka engkau akan mendapatkan keberuntungan."
Lantas ibadah apakah yang kita lakukan pada hari-hari tersebut? Seluruh bentuk ibadah termasuk di dalamnya, baik itu shalat, tilawah, dzikir, munajat dan terutama i'tikaf. Jika di saat ini tidak dapat melaksanakan i'tikaf di masjid, maka bisa kita lakukan di rumah dikarenakan ada uzur.
“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR Bukhari, no 2996).
Ustaz Fahmi memastikan, jika kita serius dan sungguh di malam-malam tersebut, maka dengan izin Allah, kita bisa mendapatkan malam lailatul qadar. Sebab Rasulullah saw bersabda, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017).
"Dengan begitu, kita bisa menuntaskan bulan Ramadhan yang mulia ini dalam kondisi dosa-dosa kita terampuni dan kembali menjadi manusia yang sesuai dengan fitrahnya, kembali dalam kesucian kepada Allah azza wa jalla," katanya.