REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dibandingkan bulan lainnya, Ramadhan adalah bulan di mana seringkali terjadi peningkatan sisa makanan terbuang (food waste). Berbagai jenis makanan disiapkan atau dibeli untuk memenuhi hawa nafsu, padahal kapasitas perut terbatas.
Dr Lilik Noor Yuliati, MFSA, Kepala Divisi Ilmu Konsumen dan Ekonomi Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), IPB University mengatakan food waste dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif pada berbagai aspek antara lain lingkungan, ekonomi dan sosial. Dengan membuang sisa makanan layak konsumsi mengakibatkan kerugian sosial karena seharusnya dapat dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkan.
Bahkan, menurut Food and Agriculture Organization (FAO), food waste merupakan makanan layak konsumsi untuk manusia yang tidak dimanfaatkan dengan optimal akibat disimpan terlalu lama hingga melampaui tanggal kadaluwarsa maupun dibuang karena banyak tersisa di piring.
“Hal ini sangat erat kaitannya dengan konsep Ramadhan untuk saling berbagi. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, banyak orang membutuhkan bantuan makan. Untuk itu, dengan semangat Ramadhan, ayo kurangi sisa makanan mulai dari bahan pangan yang akan dibeli, disimpan, disiapkan hingga disajikan di piring,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Menurut Dr Lilik, ada beberapa cara agar masyarakat bisa mengurangi food waste. Yakni sebelum belanja, cek terlebih dahulu di tempat penyimpanan (lemari maupun kulkas), bahan makanan yang sudah habis dan harus segera dibeli. Kemudian siapkan rencana menu (menu planning) mingguan agar memudahkan pembelian bahan makanan yang dibutuhkan.
“Buat menu buka dan sahur sama. Tulis daftar bahan makanan yang akan dibeli seperlunya sesuai dengan kapasitas tempat penyimpanan, misalnya untuk pembelian satu minggu,” paparnya.
Ia menambahkan, pada saat belanja, beli bahan makanan atau makanan sesuai dengan yang tertulis dalam daftar belanja dan jangan melakukan panic buying atau impulse buying. Pada saat menyimpan makanan, atur dan letakkan bahan pangan yang masa kadaluarsanya hampir datang di bagian paling depan agar mudah diambil.
Lalu, simpan daging sapi/ayam/ikan dalam kemasan kecil untuk sekali untuk pakai. Jangan lupa menuliskan tanggal pada kemasan atau label. Lakukan pengecekan dan pengaturan bahan makanan di tempat penyimpanan agar mudah saat mau menggunakan bahan sesuai sistem first in first out (FIFO).
“Pada saat persiapan dan pengolahan, persiapkan sejumlah bahan makanan yang akan diolah sesuai porsi dan jumlah orang yang akan mengkonsumsinya. Usahakan seminimal mungkin membuang sampah bahan yang tidak bisa dimakan (kulit buah, batang sayur, dan lain-lain) dan manfaatkan sisa sampah bahan makanan menjadi pupuk kompos. Pada saat penyajian, sajikan makanan dalam porsi secukupnya di tiap piring dan harus dihabiskan. Simpan sisa makanan di kulkas/freezer atau berikan sebagian makanan kepada orang-orang di sekitar yang membutuhkan. Selain itu, kita juga bisa memberikannya kepada hewan terlantar, seperti kucing,” ujarnya.
Sisa makanan (leftover) bisa dimasak kembali menjadi menu lain. Contoh sisa tumis cumi asin dicampurkan pada nasi goreng, sisa opor ayam diolah lagi menjadi ayam goreng, pisang ambon yang terlalu matang dibuat puding pisang, dan lain-lain.
Dr Lilik menambahkan, dengan dimulai dari diri sendiri, masyarakat bisa melakukan knowledge sharing untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya meminimalisir angka food waste. “Mari kita berlomba melakukan kebaikan dimulai dari mengurangi sisa makanan yang ada di rumah, “ ucapnya.