REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di dalam bulan Ramadhan, salah satu amalan yang utama adalah mengaji, dan mengkaji Alquran seperti tadarus Alquran. Apalagi, Alquran diturunkan di bulan Ramadhan.
"Alquran itu membuat jiwa kita tenang karena itu kalam Allah. Kalau kita sedang membaca Alquran, tadarus, maka kita menikmati kalam-kalam Allah. Semuanya ini menjadikan hati kita tenang. Jadi di bulan puasa ini, itu sangat baik untuk bisa diamalkan," tutur Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) kepada Republika belum lama ini.
Gus Kikin menambahkan, Ramadhan adalah bulan yang punya keutamaan dan bulan yang spesial. Orang-orang hendaknya mengurangi kegiatan duniawinya untuk fokus beribadah mengerjakan amalan-amalan yang utama di bulan suci. Seperti shalat malam dan tadarus Alquran yang menjadi bagian dari shalat malam itu sendiri.
"Jadi kita sekuat-kuatnya menggunakan tenaga kita untuk beribadah kepada Allah SWT, utamanya di bulan Ramadhan ini," kata Gus Kikin.
Dia memaparkan, memang tidak ada keharusan untuk membaca Alquran sampai khattam selama Ramadhan. Namun ia mengingatkan bahwa itu adalah keutamaan amal di bulan suci. Tidak menjadi persolaan jika seorang Muslim tidak mau mengambil keutamaan itu.
"Tetapi sebagai orang Islam yang diberikan kesempatan bisa melaksanakan amalan-amalan yang memiliki keutamaan dari Allah, maka orang yang paham itu akan mengejarnya semampu-mampunya, memanfaatkan waktunya untuk mengejar keutamaan itu," imbuhnya.
Orang-orang terdahulu seharusnya dijadikan contoh bagi umat Muslim zaman sekarang dalam mengerjakan amalan utama di bulan Ramadhan. Banyak ulama besar zaman dahulu yang khattam membaca Alquran tidak hanya satu kali dalam satu bulan Ramadhan. Ada yang satu hari khattam Alquran satu kali. "Bahkan ada yang lebih dari satu kali khattam dalam satu hari. 30 hari bisa lebih dari 30 kali khattam di bulan Ramadhan. Imam Syafi'i itu sampai kadang 2 kali khattam satu hari," paparnya.
Ulama-ulama besar terdahu menghabiskan waktunya selama Ramadhan untuk mendekatkan diri pada Allah, dan tidak memikirkan kegiatan-kegiatan yang bersifat duniawi. "Semua waktunya di-tasharruf-kan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena Ramadhan itu bulan yang mempunyai keutamaan dan tadarus Alquran salah satunya," ujar dia.
Selama Ramadhan, Gus Kikin melanjutkan, setan-setan dibelenggu sehingga dengan demikian umat Muslim diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan amal ibadah. Karenanya, seorang Muslim yang memahaminya tidak akan melewatkan Ramadhan ini dengan sia-sia dan dia akan terus berusaha meraih keutamaan amal ibadah di bulan suci ini.
"Ketenangan hati itu tergantung pikiran kita. Jika kita mampu meninggalkan keinginan-keinginan duniawi, kemudian diisi dengan amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka ketenangan jiwa itu akan tercapai, dan akan menjadikan satu ketenangan yang benar-benar membuat kita tenang," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) Aceng Zakaria menuturkan, selama Ramadhan ini diharapkan seluruh umat Muslim mampu meningkatkan ketakwaan, keilmuan, rasa syukur, dan tetap berada di jalan kebenaran. Aspek-aspek inilah yang menjadi target dari ibadah puasa Ramadhan.
"Bagi umat Islam, apalagi dalam suasana wabah corona ini, agar lebih dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Di antaranya yaitu dengan tadarus Alquran. Alquran memberi jalan keselamatan, maka kita harus berusaha untuk mengkaji Alquran sekaligus dengan terjemahannya dan kita resapi agar kita mendapatkan perlindungan dari Allah SWT," tutur dia.
Aceng memaparkan, Alquran akan membawa berkah dan keamanan bagi setiap Muslim. Tadarus Alquran sekaligus mendalami isinya dan kandungannya akan lebih meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. "Alquran itu petunjuk jalan keselamatan. Siapapun mau selamat, pencopet pun mau selamat. Buktinya setelah mencuri terus tidak kepergok, bacanya 'Alhamdulillah, untung tidak kepergok'. Itu berarti dia mau selamat," ujar dia.
Kalau mau selamat, kata Aceng, tidak ada resepnya kecuali kembali kepada Alquran. Kembali kepada ajaran Islam untuk mendapatkan perlindungan. Lebih-lebih pada musibah sekarang ini, yang dirasakan semua pihak supaya kita berlindung kepada Allah untuk mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
"Allah pun akan menyertai mereka yang berlindung kepada-Nya. Kita tawakal kepada Allah, Allah-lah sebaik-baik yang dapat dijadikan andalan oleh kita semua," ujarnya.
Dengan membaca Alquran, maka ini akan menjadi obat terhadap semua penyakit hati. Sebab penyakit yang berat sekarang adalah penyakit hati, bukan fisik. Maka kalau Alquran dianggap sebagai obat, Insya Allah Alquran akan membuat tenang. Contohlah para Sahabat Nabi SAW ketika diteror di Madinah, di mana saat itu orang-orang kafir siap membumihanguskan Madinah, dengan jumlah yang besar.
"Sementara umat Islam di Madinah itu masih sedikit. Tetapi mereka tenang saja. Jawaban mereka, 'hasbunallah wa ni'mal wakiil. Cukup bagi kami Allah sebaik-baik andalan bagi kami. Dan ternyata betul. Allah menjamin keselamatan mereka," ucap Aceng.
Dia menjelaskan, tentu Alquran itu tidak hanya untuk dibaca saja, tetapi juga untuk didalami isinya dan direnungi kandungannya. Apalagi sekarang pada masa pandemi ini, waktu yang ada harus dimanfaatkan untuk belajar Alquran dan mendalami isi kandungannya. Dengan begitu Allah SWT akan memberikan perlindungan jaminan kepada umat Islam dalam situasi pandemi corona ini.
"Isi Alquran itu banyak yang menggugah hati kita semua. Biarlah tidak tamat khattam 30 Juz, 10 juz saja dengan melakukan perenungan terhadap kandungan apa yang dibaca, Insya Allah banyak perubahan bagi diri kita," jelas Aceng.