REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada rasa khawatir imunitas tubuh bisa menurun ketika puasa sehingga risiko terpapar Covid-19 lebih besar. Namun, hal ini dibantah pakar.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Vivien Maryam, SpPD, mengungkapkan, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir akan imunitas tubuh yang menurun ketika puasa di tengah Covid-19. Menurutnya, pada dasarnya proses puasa adalah proses mengistirahatkan organ terutama organ pencernaan.
"Puasa justru memberi kesempatan bagi tubuh untuk melakukan regenerasi sel yang dapat meningkatkan imunitas tubuh," kata Vivien dalam keterangan tertulisnya yang dikutip republika.co.id, Kamis (30/4).
Vivien menjelaskan, ketika berpuasa, kita dilarang makan dan minum selama kurang lebih 13 jam. Selama kurun waktu tersebut, sistem pencernaan diistirahatkan dan sel-sel tubuh mengalami regenerasi.
"Saat puasa, sistem pencernaan yang sebelumnya bekerja terus menerus selama 11 bulan akan beristirahat. Pada waktu istirahat tersebut, sel-sel tubuh akan memperbaiki diri," ujarnya.
Menurutnya, jika berbicara kaitan antara Covid-19 dengan kondisi tubuh saat puasa harus melihat kembali ke faktor imunitas tubuh dan pekerjaan seseorang. Seseorang akan lebih berpotensi terinfeksi Covid-19 jika memiliki komorbid seperti diabetes, asma, penyakit autoimun, atau penyakit lain.
Kondisi tersebut, lanjut Vivien, membuat seseorang harus mengonsumsi obat penekan imun. Selain itu, potensi terinfeksi juga dihadapi oleh tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan di rumah sakit terutama yang merawat pasien Covid-19.
"Hal yang penting adalah jaga imunitas tubuh dengan cara makan bernutrisi tinggi, banyak minum, dan istirahat yang cukup," kata Vivien.
Vivien mengatakan, pada prinsipnya puasa hanya menggeser jam makan dan minum. Dengan demikian, asupan makanan harus terpenuhi pada jam sahur dan berbuka.
"Selama daya tahan tubuh kuat, maka tubuh dapat melawan berbagai macam virus atau kuman. Asupan gizi selama puasa juga harus seimbang," ujarnya.