Bazar Ramadhan di Malaysia Beralih ke Online Akibat Corona

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Fakhruddin

Selasa 28 Apr 2020 16:47 WIB

Seorang lelaki memberikan persediaan makanan melalui kawat berduri di area lockdown Selayang Baru, di luar Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (26/4). Lockdown tersebut dilakukan untuk memungkinkan aparat berwenang dalam melakukan penyaringan dan membantu mencegah penyebaran coronavirus Foto: AP / Vincent Thian Seorang lelaki memberikan persediaan makanan melalui kawat berduri di area lockdown Selayang Baru, di luar Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (26/4). Lockdown tersebut dilakukan untuk memungkinkan aparat berwenang dalam melakukan penyaringan dan membantu mencegah penyebaran coronavirus

REPUBLIKA.CO.ID,KUALALUMPUR -- Pandemi corona menghadirkan cerita berbeda pada Ramadhan tahun ini di seluruh dunia. Termasuk di Kuala Lumpur, Malaysia yang kini mengalihkan bazar Ramadhan ke online demi mencegah penyebaran corona.

Siti Zabedah Abdul Wahab menceritakan biasa jualan murtabak selama 15 tahun tiap Ramadhan. Namun ia tak bisa membuka lapak dagangannya semenjal corona mewabah. Ia lalu mengandalkan penjualan lewat jaringan internet.

Siti Zabedah kini berjualan lewat Whatsapp dan Facebook. Bahkan pemesanan sudah dilakukan sejak 23 April dengan tingginya minat pelanggan. "Inilah pertama kalinya kami berjualan lewat daring, jadi kami ingin memulai pemesanan sebelum Ramadhan agar pelanggan bisa menemukan kami," kata Siti Zabedah dilansir dari Reuters pada Selasa, (28/4).

Ramadhan biasanya momen jualan dadakan bagi sebagian orang. Sebab banyak Muslim mencari makanan hingga tengah malam setelah berpuasa seharian.

Sayangnya, corona membuat bazar khas Ramadhan di Negeri Jiran ditiadakan. Malaysia sudah menerapkan lockdown sebagian hingga pertengahan Mei.

Peralihan penjualan ke sistem daring dianggap Presiden Pedagang makanan kaki lima Malaysia Rosli Sulaiman menimbulkan kesulitan. Ia menyebut peralihan ini lebih lancar di Indonesia.

"Di Indonesia, anda bisa pesan apa saja lewat aplikasi, tapi disini perlu banyak edukasi karena pedagang belum paham. Transaksi daring dan tanpa uang tunai merupakan hal baru buat mereka," ujar Rosli.

Rosli memperkirakan corona berdampak pada penjualan 100 ribu   pedagang kecil. Jika diestimasi, mereka kehilangan omset hingga 50 juta Ringgit ($11,5 juta). Demi memperkecil kerugian, dibuatlah e-bazaar agar pedagang bisa tetap berjualan selama Ramadhan. "Memang ini akan jadi momentum pembelajaran, kami tak ada pilihan lagi," ucap Rosli.