REPUBLIKA.CO.ID, Puasa kali ini akan terasa berbeda dibandingkan dengan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Aktivitas ibadah hanya akan bisa dilaksanakan di rumah masing-masing karena masih berlangsungnya Pandemi Covid-19.
Meski nampaknya aktivitas ibadah harian dalam Ramadhan hanya dilakukan di rumah, namun niat serta pelaksanaan tersebut idealnya tak boleh mengendur. Terdapat beragam cara yang dapat dilakukan umat Muslim untuk meningkatkan ibadah selama Ramadhan di rumah.
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana trik dan cara meningkatkan ibadah Ramadhan di rumah, Republika mewawancarai Ustaz Oni Sahroni melalui sambungan pesan chat, beberapa waktu lalu.
Bagaimana cara untuk meningkatkan ibadah di rumah selama Ramadhan nanti?
Pertama, kita persiapkan rumah kita sebagai tempat ibadah senyaman mungkin, membersihkannya, merawatnya. Akan lebih baik lagi jika kita rawat dan hias, supaya indah.
Kedua, kita perlu pastikan ketentuan fikih yang terdiri dari rukun dan syarat (ibadah)-nya terpenuhi. Ketiga, pastikan juga adab-adab dalam beribadah. Kesemuanya ini penting untuk dijaga guna membantu kita menjaga pola ibadah kita. Dengan begini, mudah-mudahan kita bisa meningkatkan ibadah Ramadhan meski dari rumah saja.
Apa saja ibadah-ibadah dalam Ramadhan yang bisa dilakukan di rumah?
Kaidah dasarnya bahwa seluruh ibadah itu boleh ditunaikan di rumah. Seperti shalat lima waktu, shalat sunah, shalat rawatib, shalat tarawih, buka puasa bersama, dan sejenisnya.
Kita tahu dalam Ramadhan ada shalat tarawih yang biasanya kerap dilakukan di masjid secara berjamaah. (Ibadah) ini sejatinya juga bisa dikerjakan di rumah, bisa shalat tarawih berjamaah dengan keluarga seperti istri, anak, orang tua. Shalat tarawih ini tidak hanya menjadi momentum ibadah, tapi juga ajang mendekatkan diri kepada Allah sekaligus menjadi momentum pendidikan karakter kepada keluarga.
Yang perlu diingat dengan adanya ketentuan untuk berdiam di rumah, tentu saja hal itu merupakan ikhtiar kita semua untuk berhati-hati dalam menghadapi pandemi ini.
Rasulullah SAW juga pernah bersabda: “La yuridhu mumridhun ala mushihin,”. Yang artinya: “Yang sakit jangan mendekat kepada yang sehat,”. Hadis ini shahih karena diriwayatkan oleh Imam Muslim. Lalu juga Imam As-Suyuthi pernah menjabarkan kaidah bahwa mencegah mafsadah (kerusakan) harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan.
Bagaimana membangun pendidikan Islam dalam keluarga selama beribadah Ramadhan di rumah?
Di antara hikmah di balik pandemi Covid-19 ini adalah para orang tua kembali kepada keluarga. Ada momentum untuk keluarga. Adanya social/physical distancing dan work from home dapat memberikan waktu yang lebih leluasa bagi para ayah atau ibu untuk kembali kepada keluarga.
Maka saat ini, orang tua tidak lagi berperan menjadi ‘orang tua’ semata, mereka juga diminta perannya sebagai mitra pendidikan (sekolah). Karena anak-anak tidak boleh lagi sekolah di sekolahan untuk sementara, kan?
Momentum ini juga pas bagi orang tua dalam memberikan keteladanan pada anak-anaknya. Akhlak dan adab orang tua akan menjadi cerminan bagi anak, sebab mereka akan mencontoh, meneladani, dan mudah-mudahan melahirkan akhlak yang mulia dari apa yang mereka tangkap.
Apakah berbeda pahala melakukan ibadah tarawih berjamaah di masjid dengan di rumah?
Dalam kondisi normal alias tanpa adanya hujjah seperti pandemi Covid-19 ini, maka menunaikan tarawih berjamaah di masjid itu lebih afdhal. Hukumnya lebih utama, lebih berpahala, lebih disukai (Allah) jika dibandingkan menunaikannya di rumah.
Tapi tentu saja pada saat-saat pandemi, maka menunaikan shalat tarawih di rumah diperkenankan. Bahkan dalam kondisi tertentu (seperti di zona merah) itu dianjurkan bagi yang sakit untuk (beribadah) di rumah. Karena sakit atau berpotensi sakit atau kekhawatiran sakit bisa menjadi udzur dalam syariah untuk tidak menunaikan ibadah shalat di masjid.
Jika kita membandingkan dengan shalat Jumat yang diperkenankan untuk ditinggalkan dan diganti dengan shalat zuhur di rumah, apalagi dengan tarawih yang sifatnya sunah (tentu boleh dan berpahala).
Selama melakukan aktivitas di rumah, tak sedikit yang merasa kurang produktif bekerja dan juga beribadah sehingga mengantuk. Bagaimana jika faktor mengantuk itu mengganggu ibadah di bulan Ramadhan? Apa hukumnya tidur berlebih?
Kurang produktif dalam bekerja itu sangat mungkin terjadi. Menjadi realitas saat di rumah saja dan work from home di mana suasana di kantor lebih kondusif di banding di rumah untuk melakukan tugas, tentu wajar.
Tetapi, realitas dan tantangan ini harus segera diselesaikan kendala-kendalanya agar dengan segala kekurangan ini menjadi tempat untuk menunaikan kewajiban. Oleh karena itu, tidak terjadi sebaliknya di rumah itu kurang produktif, tidak menunaikan kewajiban, karena itu bertentangan dengan syariat.