Puasa dan Kesehatan dalam Pandangan Ulama Klasik

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil

Senin 13 Apr 2020 11:22 WIB

Puasa dan Kesehatan dalam Pandangan Ulama Klasik. Foto: Ilustrasi puasa Foto: ABC News Puasa dan Kesehatan dalam Pandangan Ulama Klasik. Foto: Ilustrasi puasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmu sains baik klasik maupun modern menyatakan bahwa puasa adalah bagian dari kesehatan. Ilmu kedokteran sendiri beserta aspek kesehatan puasa pun menjadi perhatian mendalam bagi para ulama klasik.

Dalam buku Terapi Puasa karya Abdul Jawwad As-Shawi disebutkan bagaimana Ibnu Sina menjamin bahwa puasa merupakan obat untuk segala penyakit. Ibnu Sina sendiri merupakan ilmuwan Islam yang bergelut di bidang kedokteran dan penemuan-penemuannya merupakan salah satu kontribusi terbaik bagi dunia kesehatan hingga saat ini.

Baca Juga

Perkataan Ibnu Sina dinilai terbukti. Puasa hingga masa modern, sebagaimana yang dijabarkan dalam buku tersebut, terbukti menjadi penawar beragam penyakit. Puasa tak hanya dapat menyembuhkan penyakit dengan gejala demam, asam lambung, epilepsi, namun juga dapat mempengaruhi perubahan sistem syaraf ke arah yang lebih positif. 

Dalam kitab Syiar A’lam An-Nubala disebutkan, Imam Syafi’i pernah berkata bahwa dirinya tidak mengetahui sebuah ilmu setelah halal dan haram yang lebih berharga dibandingkan dengan ilmu kedokteran. Beliau bahkan membagi ilmu dalam dua kategori, yakni ilmu agama dan ilmu dunia. Ilmu agama meliputi fiqih (ibadah dan muamalah) serta akhlak, sedangkan ilmu dunia adalah ilmu kedokteran.

Sedangkan dalam aspek kesehatan puasa, para ulama juga memiliki pandangan tersendiri dalam memaknai kegiatan ibadah ini. Mayoritas ulama mendifinisikan puasa sebagai kegiatan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa pada waktu tertentu.

Dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdab, Imam Syafi’i mendefinisikan puasa yaitu kegiatan menahan dari pembatal yang sudah ditentukan, pada waktu tertentu, dan pada orang-orang tertentu (yang diwajibkan berpuasa).

Hikmah Puasa

Dalam kitab Maqashid As-Shaum karya Syekh Izzudin bin Abdis Salam dijelaskan, puasa memang bukan hanya ritual keagamaan semata. Lebih dari itu, terdapat banyak manfaat—terlebih pada aspek kesehatan—bagi orang-orang yang menjalankan puasa.

Namun demikian, dengan berpuasa, beliau berpendapat bahwa manusia akan lebih banyak mengambil hikmah dari hal-hal yang dijalankan dari puasa tersebut. Dengan berpuasa, manusia dapat meminimalisir maksiat sebab terjaganya nafsu dari berbuat keburukan. Sebagaimana definisinya, puasa adalah aktivitas menahan diri.

Berpuasa sebagaimana perintah Allah SWT kepada manusia agar menjadi pribadi yang bertakwa. Syekh Izzudin berpendapat, manusia yang bertakwa niscaya akan terhindar dari api neraka. Sedangkan salah satu sebab bertakwanya seorang hamba adalah dengan berpuasa. Sehingga Allah SWT dapat menggugurkan dosa-dosa orang yang berpuasa