Puasa Ramadhan Bisa Turunkan Berat Badan?

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nora Azizah

Selasa 07 Apr 2020 05:55 WIB

Sebuah penelitian di UEA mencoba ungkap kaitan puasa Ramadhan dengan berat badan (Foto: ilustrasi buka puasa Ramadhan) Foto: Wikipedia Sebuah penelitian di UEA mencoba ungkap kaitan puasa Ramadhan dengan berat badan (Foto: ilustrasi buka puasa Ramadhan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian baru belum lama ini di Uni Emirat Arab (UEA) mengungkap soal puasa di bulan Ramadhan dan dampaknya terhadap penurunan berat badan (BB). Menurut temuan para peneliti UEA itu, orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan kehilangan berat badan rata-rata 1 kg.

Para ilmuwan menganalisis data selama puluhan tahun untuk mempelajari dampak pada massa tubuh selama bulan suci itu. Proyek ini melibatkan akademisi dari Universitas Sharjah bersama rekan-rekan di Bahran dan Inggris.

Baca Juga

Para peneliti menganalisis 85 makalah yang diterbitkan antara 1982 dan 2019, yang mencakup lebih dari 4.000 orang di 25 negara. Seorang profesor nutrisi manusia di Universitas Sharjah dan salah satu penulis dari penelitian itu, Dr Mo'ez Al Islam Faris, mengatakan  mereka menarik kesimpulan bahwa untuk semua orang tersebut ada efek kecil-menengah terhadap berat badan mereka.

"Hal yang baik memiliki pengurangan seperti itu. Setiap pengurangan berat badan itu baik bagi kesehatan, bagi sistem kardiovaskular dan kesehatan umum," kata Faris, melansir dari The National, Selasa (7/4).

Dr Faris mengatakan, penurunan berat badan selama Ramadhan itu bukan karena orang makan lebih sedikit. Akan tetapi, menurutnya, karena perubahan dalam bagaimana tubuh memetabolisme lemak saat puasa. Menulis di the European Journal of Nutrition, para peneliti mengatakan bahwa puasa rata-rata menghasilkan penurunan berat badan 1.022 kg pada orang-orang yang tidak atletis.

Meskipun sederhana, namun kehilangan angka BB itu masih signifikan secara statistik dan juga memiliki potensi manfaat kesehatan. Kehilangan angka BB itu disebabkan oleh pengurangan lemak tubuh serta hilangnya cairan tubuh.

Tim ini juga menemukan, bahwa penurunan berat badan cenderung menjadi terbesar ketika Ramadhan jatuh di musim panas. Dalam hal ini, ketika waktu antara sahur dan berbuka puasa bisa lebih dari 17 jam. Orang-orang cenderung kehilangan lebih banyak cairan selama musim panas, lantaran mereka lebih banyak berkeringat karena panas.

Sementara di musim dingin, ketika waktu puasa bisa sekitar 12 jam, penurunan berat badan tercatat paling sedikit. Studi ini menyebutkan, bahwa jenis kelamin atau usia seseorang tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kenaikan dan penurunan berat badan.

photo
(Foto: Ilustrasi Diet) - (Flickr)

Dr Faris mengatakan, penurunan berat badan selama Ramadhan sebagian disebabkan oleh menipisnya jumlah karbohidrat yang disebut glikogen yang tersimpan di hati. Jika simpanan glikogen berkurang, tubuh menggunakan lemak yang disimpan sebagai sumber energi dengan melepaskan zat yang disebut asam lemak ke dalam darah. Hati kemudian mengambil lemak ini untuk digunakan dalam produksi energi

"Tidak ada sumber energi eksternal, sehingga tubuh akan menyediakan energi yang dibutuhkan dari simpanan energi internalnya," kata Dr Faris.

Ia menambahkan, penyimpan energi ini, yakni penyimpan energi jangka pendek, mungkin menurun dalam beberapa jam. Ia mengatakan, bahwa jaringan lemak adiposa adalah sumber energi utama. Penyimpan lemak tubuh adalah sumber energi dalam puasa dari 12 jam hingga 15 jam.

Sementara itu, Dr Faris dan rekannya juga memiliki analisis lain dari penelitian mereka. Mereka menemukan, bahwa puasa mengurangi lingkar pinggang dan tekanan darah. Selain itu, puasa juga meningkatkan kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi, yang sering disebut sebagai kolesterol baik karena dapat mengurangi risiko masalah jantung atau stroke.

Tidak hanya itu, peneliti menemukan bahwa puasa terkait dengan pengurangan indikator biokimia peradangan dan stres oksidatif, baik perubahan biokimia berbahaya yang dapat dikaitkan dengan kanker. Namun, dokter yang ikut menulis makalah dengan Dr Haitham Jahrami dari Universitas Teluk Arab di Manama, Bahrain, ini mengatakan bahwa efek puasa Ramadhan menunjukkan variasi yang luas antara sejumlah penelitian, dan beberapa orang yang berat badannya bertambah.

Menurutnya, ini sebagian dapat dijelaskan oleh variasi genetik dan perbedaan geografis. Sebab, panjang puasa tergantung pada waktu matahari terbenam dan matahari terbit, yang bervariasi dengan garis lintang. Ia mengatakan, orang juga dapat bertambah berat badannya jika makan berlebihan setelah berbuka puasa.

Biasanya, orang-orang makan dalam porsi yang besar saat berbuka. Padahal, menurutnya, makan sepanjang malam itu tidak sehat dan tidak benar-benar mengikuti petunjuk Nabi Muhammad SAW. Karena itu, ia menyarankan agar tidak berlebihan dalam makan saat berbuka puasa.

"Anda bisa mendapatkan lebih banyak manfaat dalam menjaga perilaku makan Anda yang sederhana dan menghabiskan lebih banyak waktu dalam ibadah dan melakukan perbuatan baik," tambahnya.